Bappenas Ingatkan Pemukiman Padat Rawan Jadi Pusat Penyebaran Wabah

Pemukiman Padat Penduduk
Sumber :
  • Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA – Direktur Perkotaan, Perumahan, Permukiman Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti mengatakan, permukiman padat dengan infrastruktur dasar yang belum memadai, sangat berpotensi menjadi pusat penyebaran wabah bagi para penduduknya.

Kebutuhan Green Job 2030 Diproyeksikan Capai 4,4 Juta, Prakerja Siapkan Pelatihan Green Skills

Meskipun kondisinya tidak sedang mengalami masa pandemi seperti COVID-19 saat ini, namun hal itu kerap terjadi pada sejumlah kasus wabah lain seperti misalnya demam berdarah, diare, atau bahkan tuberculosis (TBC).

"Apalagi sebenarnya untuk COVID-19 itu sumber pusat penyebarannya seringkali datang dari daerah-daerah, yang memang kondisi drainase atau bahkan lingkungannya kurang baik," kata Dewi dalam telekonferensi bersama The HUD Institute, Kamis 9 Juli 2020.

Bappenas Bocorkan Asumsi Makro APBN 2025, Pertumbuhan Ekonomi Dipatok 5,6 Persen

"Jadi potensi penularan COVID-19 di kawasan padat penduduk atau bahkan kumuh itu, memang relatif lebih besar," ujarnya.

Dewi menjelaskan, banyaknya permukiman di perkotaan yang kondisinya lebih padat, termasuk dari variasi sektor ekonomi para penduduknya yang pasti lebih homogen dan lebih terdistribusi, menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan seperti misalnya masalah kesehatan tersebut.

Bappenas Ajak Seluruh Lapisan Masyarakat Aktif Dorong Kebijakan Sadar Risiko

"Karena dari sisi ketersediaan perumahan, lahannya pasti akan lebih terbatas karena makin lama harga lahan juga akan lebih mahal," kata Dewi.

Apalagi, di kota-kota besar seperti Jakarta, nyatanya juga masih banyak hal-hal yang belum memadai dalam hal pemenuhan kebutuhan akan permukiman.

Misalnya seperti soal layanan infrastruktur dasar, serta aspek-aspek perumahan layak yang mungkin juga masih belum tersedia dan memadai bagi kebanyakan masyarakat.

Terlebih, data BPS juga menunjukkan bahwa sebanyak 38,9 persen atau hampir 40 persen penduduk di perkotaan, masih tinggal di permukiman-permukiman yang tidak layak. Baik itu dilihat dari kualitas bangunan, ketersediaan luas bangunan, maupun akses terhadap infrastruktur dasar lainnya.

"Jadi permukiman yang rentan menjadi pusat penyebaran wabah, adalah permukiman padat yang aksesnya memang sulit," kata Dewi.

"Misalnya dengan jalan yang mungkin tidak terlalu lebar, dan tidak bisa diakses dengan kendaraan. Sehingga layanan-layanan seperti pengangkutan sampah, drainase, air limbah, ataupun air minum juga terkendala," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya