30 Persen Investasi Asing Masuk ke Indonesia Lewat Singapura

Ekspor-Impor
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Singapura masih menjadi negara utama yang menyumbangkan investasi ke Indonesia. Meskipun mengalami resesi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat Penanaman Modal Asing (PMA) dari Singapura masih di posisi pertama.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal di Dunia

Kepala BKPM, Bahalil Lahadalia, menyebutkan lima negara utama yang menyumbangkan PMA ke Indonesia pada kuartal II-2020 maupun secara total pada semester I-2020.

Pada kuartal II-2020, Singapura menyumbang US$2 miliar PMA ke Indonesia, diikuti Hong Kong US$1,2 miliar, China US$1,1 miliar, Jepang US$608,7 juta, dan Korea Selatan sebesar US$552,6 juta.

Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Menlu Singapura Atas Kemenangan di Pilpres 2024

"Kuartal I yang masuk lima besar Malaysia tapi kemudian sekarang digeser oleh Korea Selatan, ini menarik juga. Tapi pasti banyak yang tanya kok Singapura kuartal II minus 41 persen realisasinya masih tinggi," kata dia saat konferensi pers, Rabu, 22 Juli 2020.

Baca juga: Rupiah Berbalik Menguat Pesat pada Perdagangan Rabu Ini

Menko Airlangga Bertemu Menlu Singapura, Optimis Kerja Sama Bilateral Kedua Negara Terjalin Kuat

Bahlil pun menjelaskan, penyebab masih tingginya realisasi investasi dari Singapura meskipun negara itu memasuki zona resesi. Sebab, Singapura masih menjadi penghubung investor berinvestasi di Indonesia, meski dua kuartal berturut-turut ekonominya mengalami kontraksi atau tumbuh negatif.

"Singapura itu adalah hub (penghubung) untuk beberapa negara yang melakukan investasi di Indonesia, tapi lewat Singapura. Jadi enggak terlalu berpengaruh sebenarnya (Singapura resesi)," tutur Bahlil.

Menurut Bahlil, banyak investor yang telah merealisasikan investasinya ke Indonesia melalui transaksi yang dilakukan di Singapura. Rata-rata dikatakannya telah mencapai 20-30 persen sebelum negara itu resesi.

"Enggak mungkin investasi yang 20-30 persen mandek gara-gara persoalan yang ada di Singapura, karena yang punya ini bukan Singapura, itu cuma hub aja. Buktinya mereka sudah minus 41 persen masih tetap paten itu realisasinya," tutur dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya