Harga Emas Meroket, Dahlan Iskan: Indikator Bahwa Ekonomi Sangat Rapuh

Produk Emas Hello Kitty Antam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Harga emas meroket baik di internasional maupun domestik sejak awal pekan ini. Di pasar Internasional, harga emas di pasar spot pada Rabu, 29 Juli 2020, masih berada di level yang tinggi yaitu US$1.953 per ons. Sebelumnya bahkan lebih tinggi dan sempat menyentuh angka US$1.980 pada Selasa, 28 Juli 2020.

Harga Emas Hari Ini 24 April 2024: Global dan Antam Kompak Anjlok

Di dalam negeri, harga emas logam mulia Antam pada 29 Juli 2020 juga masih berada di angka Rp1.013.000 per gram. Angka ini masih stabil di atas Rp1 juta meskipun turun Rp9.000 per gram dibanding hari sebelumnya yang mencapai rekor tertinggi Rp1.022.000 per gram.

Melihat kondisi ini, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan angkat bicara. Dia mengaku memantau harga emas itu dalam beberapa hari terakhir. Dia tidak menemui penurunan signifikan dari harga emas.

Airlangga Pede Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh di Atas 5 Persen

"Berarti harga emas baru ini bukan karena kepanikan sesaat. Harga baru emas ini bisa dipakai indikator bahwa keadaan ekonomi sangat rapuh, pun untuk jangka yang tidak pendek," ujar Dahlan dikutip VIVA di situs pribadinya Disway.id, Rabu, 29 Juli 2020.

Baca juga: Harga Meroket, Antam Beri Saran Bagi yang Ingin Jual-Beli Emas 

Ketua PSI Gubeng Terekam CCTV Cabuli Gadis, Australia Desak Warganya Tinggalkan Israel

Menurutnya, harga baru emas itu juga merupakan wujud puncak indikasi dari gejala menurunnya nilai tukar dolar. Nilai tukar dolar yang menurun itu juga indikasi akan terjadinya inflasi.

Dia melanjutkan, inflasi akan terjadi jika banyak uang digelontorkan ke masyarakat tanpa dikaitkan dengan peningkatan produksi. Penggelontoran itu tentunya terjadi untuk tujuan stimulus ekonomi dan jaringan pengaman sosial.

Sektor produksi saat ini memang ikut berhenti karena pasar yang juga menghilang akibat pandemi COVID-19. Harga emas ini menurut Dahlan begitu mengejutkan. Dia mengibaratkan seperti guru yang sedang memarahi muridnya. 

"Apalagi kalau hari ini atau besok atau minggu depan harga emas itu melampaui US$2.000 per ons. Itu sama dengan guru yang tidak percaya lagi pada muridnya, celakanya si murid tidak tahu kalau lagi dimarahi, karena belajar online," tutupnya.

Dilansir dari CNBC Internasional, kenaikan emas yang terjadi pada hari Rabu ini masih dipicu oleh kekhawatiran atas meningkatnya kasus COVID-19 dan ekspektasi kemungkinan inflasi dari langkah-langkah stimulus yang dilakukan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya