Juni 2020, Rasio Kredit Bermasalah BTN Turun Jadi 2,40 Persen

Direktur Utama BTN Pahala N Mansury.
Sumber :
  • Dokumentasi BTN.

VIVA – Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Pahala Nugraha Mansury, memastikan, di tengah adanya sejumlah pertumbuhan positif yang dicapai perseroan, salah satunya adalah keberhasilan menjaga kualitas kredit yang disalurkan.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Pahala menjabarkan, per Juni 2020, BTN telah mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) net. "Dari 2,42 persen per Juni 2019, menjadi 2,40 persen pada Juni 2020," kata Pahala dalam telekonferensi, Senin 3 Agustus 2020.

Pahala menambahkan, perseroan juga telah menyiapkan rasio pencadangan yang cukup besar. Pada semester I-2020, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) BTN melonjak ke level 107,90 persen.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Baca juga: 1.831 Aset Properti di Indonesia Dilelang dengan Harga Miring

Posisi tersebut melesat jauh dari 37,87 persen pada periode yang sama tahun lalu. Menurut Pahala, pemupukan pencadangan tersebut merupakan inisiatif perseroan dalam rangka menjaga kualitas pertumbuhan bisnis di tengah pandemi COVID-19 saat ini.

Anies Janji Permudah Pekerja Informal dan Freelancer Dapat Akses KPR

Pahala melanjutkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN pun terpantau naik 2,99 persen year on year, dari Rp219,76 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp226,32 triliun di bulan yang sama tahun ini. Pertumbuhan tersebut disumbang peningkatan perolehan giro sebesar 13 persen year on year, dari Rp52,88 triliun menjadi Rp59,75 triliun di kuartal II-2020. 

Dengan peningkatan giro tersebut, BTN mencatatkan kenaikan dana murah (Current Account Savings Account/CASA) sebesar 3,75 persen year on year, dari Rp92,83 triliun menjadi Rp96,32 triliun per semester I-2020. 

"Secara bertahap kami terus meningkatkan porsi dana murah dengan memangkas porsi dana mahal," ujarnya.

Kinerja positif pada kredit dan DPK tersebut, menurut Pahala, juga turut mengerek naik aset BTN sebesar 0,68 persen year on year, menjadi sebesar Rp314,60 triliun. "Kami juga berupaya terus memperbaiki proses bisnis, sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan positif yang berkelanjutan," kata Pahala.

Pahala menambahkan, walaupun tengah diterpa pandemi COVID-19, perseroan terus memupuk likuiditas. Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan tercatat naik ke level 132,22 persen pada semester I-2020 dari 105,50 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.

Aspek permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) BTN pun kian menguat, untuk menopang laju bisnis dari level 16,99 persen menjadi 19,10 persen per semester I-2020. 

"Dengan likuiditas yang sangat kuat ini, kami optimis akan dapat melalui masa pandemi dengan baik. Apalagi, profil restrukturisasi yang harus dilakukan perseroan pun diproyeksi turun drastis hingga akhir 2020," kata Pahala.

"Di luar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan tren penurunan restrukturisasi tersebut akan berlanjut hingga akhir 2020 nanti," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya