Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2020 Minus 5,32 Persen

Ilustrasi target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020, Peti Kemas, Pelabuhan
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi hingga -5,32 persen secara tahunan. Turun tajam dibandingkan kuartal II-2019 yang tumbuh 5,01 persen.

Airlangga Pede Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh di Atas 5 Persen

Jika dibandingkan secara kuartalan, ekonomi Indonesia pada periode itu mengalami pertumbuhan negatif hingga -4,19 persen. Jauh lebih dalam dibandingkan kuartal II-2019 yang tumbuh 4,01 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan, dengan catatan itu, berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku ekonomi Indonesia Rp3.687,7 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan Rp2.589,6 triliun.

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, Kadin Sebut PR Pemerintah 10 Tahun ke Depan Jauh Lebih Berat

Suhariyanto menekankan, kondisi tersebut tidak terlepas dari tekanan ekonomi akibat penyebaran wabah virus Corona (COVID-19) yang melanda berbagai negara. Akibatnya, kinerja industri maupun konsumsi mengalami penurunan drastis.

"Kita tahu COVID-19 membawa dampak luar biasa buruknya, telah menciptakan efek domino dari masalah kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi," kata Suhariyanto saat konferensi pers, Rabu 5 Agustus 2020.

13 Negara Muslim Terkaya di Dunia, Peringkat Indonesia Mencengangkan!

Hal itu, dikatakannya tergambar dari produksi mobil yang hanya 41.520 unit atau turun 85,02 persen secara tahunan. Penjualannya hanya mencapai 24.042 unit atau turun 89,44 persen secara tahunan.

Sementara itu, penjualan sepeda motor secara wholesale pada kuartal II-2020 mencapai 313.625 unit atau turun 79,70 persen secara tahunan. Ini dikatakannya akan menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.

Produksi semen juga anjlok 9,08 persen secara tahunan atau hanya sebanyak 12,68 juta ton. Selanjutnya, pengadaan semen dalam negeri anjlok 7,69 persen secara tahunan, menjadi hanya 12,65  juta ton.

"Penurunan ini nanti bisa dilihat dampaknya pada sektor konstruksi yang akan mengalami kontraksi," tutur Suhariyanto. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya