Faisal Basri Ungkap Siasat Pabrikan Rokok Asing Bayar Cukai Murah

Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri ketika ditemui di Malang, Jawa Timur, pada Kamis malam, 3 Mei 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan adanya dugaan bahwa pabrikan rokok asing berskala global menahan produksinya hingga saat ini. Hal itu dilakukan agar mereka terhindar dari membayar tarif cukai yang lebih tinggi.

Rokok Ilegal Makin Marak, Kenaikan Cukai Dinilai Tak Efektif Kendalikan Konsumsi

Kondisi itu, katanya, disebabkan struktur tarif cukai rokok di Indonesia yang masih menganut banyak lapisan atau layer, sehingga memiliki celah untuk dimanfaatkan.

Salah satu celah yang bisa dimanfaatkan pabrikan tersebut, kata Faisal, adalah dengan tetap bertahan di kelompok tarif cukai rendah dengan cara menahan batasan produksinya.

Faisal Basri di Sidang MK: Beras Kurangnya 600 Ribu Ton Tapi Impornya 3 Juta

Baca juga: Luhut Pandjaitan: COVID-19 Datangkan Malapetaka Cukup Berat

“Dia tidak mau meningkatkan produksi sampai batas miliar layer-nya. Karena kalau layer-nya naik, mereka akan terkena cukai paling tinggi,” tutur Faisal, Jumat, 4 September 2020.

Faisal Basri di Sidang MK: Bansos El Nino Diberikan Hanya Demi Dongkrak Perolehan Suara

Perusahaan-perusahaan asing tersebut, katanya, termasuk kategori pemain global dengan tingkat produksi sangat besar. Ironisnya, menurut Faisal, para pemain global ini leluasa memainkan strategi ilusi harga.  

Melalui strategi ini, dia melanjutkan, para pabrikan asing melakukan modifikasi penjualan dengan cara menurunkan jumlah batang dalam sebungkus rokok. Atau mendorong penjualan produknya secara eceran per batang.

Akibatnya, harga jual tampak lebih murah. Padahal, jika dibandingkan cukai per batangnya, margin keuntungan yang diperoleh pabrikan asing sangat besar. 

"Dan rokok dijual sangat mahal dibandingkan cukai yang mereka bayar kepada negara. Akibatnya, akses terhadap rokok semakin mudah," ungkap Faisal Basri. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya