Airlangga Minta Anies Tak Lagi Overdosis Tangani Corona di Jakarta

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak lagi salah mengambil dosis dalam menghadapi Pandemi COVID-19. Sebab, hal itu bisa mengguncang fundamental ekonomi RI di tengah pandemi saat ini

Respons Anies soal Semua Gugatan Sengketa Pilpres Ditolak Hakim MK

Menurut dia, pernyataan Anies yang kembali melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total, sebagaimana pada Maret 2020, dinilai “overdosis” dalam menghadapi kenaikan tingkat positif pasien COVID-19.

"Sehingga kita tidak mengambil langkah-langkah yang katakanlah overdosis, dampaknya Jakarta bukan sebuah kota, Jakarta bukan hanya mencerminkan 20 persen, tapi pusat saraf perekonomian nasional. Sehingga apa yang diambil merefleksikan kebijakan nasional," kata Airlangga secara virtual, Minggu 13 September 2020.

Tuding Pj Gubernur Jawa Barat Tidak Netral saat Pemilu 2024, Hakim MK: Tak Ada Saksinya

Baca juga: Pandemi COVID-19 Pukul Ekonomi, Indonesia Masih Berkutat di Fase Mana?

Padahal, Airlangga menekankan, berdasarkan data ada, tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Jakarta tinggi melampaui tingkat kesembuhan nasional. Bahkan, tingkat fatality rate atau kematian dari pasien yang terpapar virus jauh lebih kecil dibanding nasional.

Anies Baswedan Yakin Hakim MK Berani Ambil Keputusan Terbaik untuk Indonesia

"Tingkat kesembuhan lebih tinggi dari nasional. Kalau nasional 71,4 persen, Jakarta 75,2 persen. Kemudian kalau bicara nasional fatality rate di atas 4 persen nah Jakarta ini 2,7 persen. Jadi artinya tingkat fatality ratenya lebih rendah dari nasional," tegas Airlangga, yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Ketimbang menjalankan kembali PSBB total, Airlangga menyatakan yang perlu dilakukan Anies adalah melakukan manajemen mikro terhadap kebijakan-kebijakannya yang diambil dalam mengendalikan wabah COVID-19, yang kembali mencuat di DKI beberapa hari terakhir. 

Misalnya, kata Airlangga, kebijakan ganjil-genap yang menyebabkan tingkat penyebaran COVID-19 di moda transportasi massal meningkat drastis. Begitu juga dengan tempat pembukaan pusat-pusat hiburan, hingga hari bebas kendaraan atau car free day yang terlalu padat.

"Ini yang harus dilihat satu per satu dan itu secara mikro, itu yang dilakukan Jawa Barat. Jawa Tengah tidak PSBB sehingga mikro manajemen jadi penting jadi kita tahu sumbernya kenapanya sehingga kita tidak mengambil langkah-langkah yang katakanlah overdosis," ucap Airlangga. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya