ADB Proyeksi Ekonomi RI Cuma Tumbuh 1 Persen pada 2020

Presiden Asian Development Bank, Takehiko Nakao bertemu Presiden Jokowi.
Sumber :
  • Dokumentasi ADB.

VIVA – Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi menjadi 1,0 persen pada tahun ini akibat terdampak COVID-19. Ekonomi Indonesia baru akan kembali naik pada 2021 ke level 5,3 persen.

Selandia Baru Umumkan Negaranya Kini Memasuki Resesi

Baca Juga: Meski Diprediksi Bakal Resesi, Bappenas Minta RI Tak Berkecil Hati

Menurut laporan baru dari Asian Development Bank (ADB) yang dirilis hari ini, Selasa 15 September 2020, dijelaskan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia tahun depan akan didukung oleh perekonomian global dan reformasi domestik yang meningkatkan investasi. 

Jokowi: Sudah Banyak Negara Masuk Jurang Resesi, Kita Patut Bersyukur

Sementara itu, kontraksi tahun ini merupakan kemerosotan perekonomian Indonesia yang pertama sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 dan terjadi di tengah proyeksi pertumbuhan negatif kawasan Asia termasuk Malaysia (-5,0 persen), Filipina (-7,3 persen), dan Thailand (-8,0 persen).

“Meskipun memiliki fundamental makroekonomi yang kuat, Indonesia diperkirakan akan menghadapi jalur pertumbuhan yang sulit sampai dengan akhir 2020, mengingat besarnya ketidakpastian dalam cakupan dan tren pandemi di Indonesia,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein. 

Inggris hingga Jepang Resesi, Ekonom Ungkap Dampaknya bagi Indonesia

Selain itu, lanjut Winfried, kebijakan Indonesia ke depan harus konsisten dan terkoordinasi, yang disertai keseimbangan antara perlindungan nyawa dan mata pencaharian. Selain itu, memulai kembali kegiatan usaha secara aman, guna memastikan pemulihan yang cepat dan inklusif.

Ia mengungkapkan, untuk tahun ini kontraksi ekonomi Indonesia disebabkan oleh anjloknya konsumsi pada paruh pertama. Ditambah penundaan investasi oleh dunia usaha, sehingga ekspor juga merosot, terlebih diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.

Meski, kondisi tersebut sudah direspons dengan sejumlah kebijakan pemerintah, laporan ADB memperkirakan belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat pembatasan sosial skala besar yang dilaksanakan guna mengendalikan penyebaran virus. 

Tapi, pada laporan ini memproyeksikan pemulihan yang cepat, dengan permintaan domestik yang mampu mendongkrak indeks manajer pembelian di bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada Agustus. Keyakinan juga ikut naik seiring bantuan pembiayaan dari pemerintah untuk investasi dan operasi usaha.

Selain itu, dalam laporan ADB dijelaskan, lemahnya permintaan domestik dalam jangka waktu dekat menyebabkan prakiraan inflasi Indonesia tahun ini diturunkan menjadi rata-rata 2 persen, dari 3 persen yang disebutkan ADB dalam prakiraan April. Hal itu, seiring pulihnya belanja rumah tangga dan dunia usaha pada 2021, sehingga inflasi diperkirakan naik ke 2,8 persen. 

Sementara itu, impor barang modal merosot lebih tajam daripada kontraksi pendapatan dari pariwisata dan ekspor komoditas, sehingga defisit transaksi berjalan kini diperkirakan turun menjadi setara dengan 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2020.

“Di tengah ketidakpastian yang ada, risiko terhadap proyeksi ini lebih cenderung ke bawah. Memburuknya kondisi pandemi di tingkat lokal maupun global membuat pemburukan pada keyakinan konsumen secara berkepanjangan, dan dapat menunda pemulihan ekonomi,” tutur ekonom ADB untuk Indonesia, Emma Allen. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya