Penemuan Vaksin Kunci Ekonomi RI Pulih dari COVID-19, Ini Alasannya

Vaksin corona
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal III-2020. Hal itu terlihat dari banyak indikator yang belum mencapai tingkat seperti sebelum pandemi COVID-19. Beberapa indikator tersebut di antaranya ialah inflasi, penjualan mobil, dan penjualan ritel. 

Muncul Wabah Langka dan Mematikan di Jepang, 21 Orang Meninggal

Baca Juga: Diam-diam Jalan Tol Layang Pertama di Indonesia Timur Siap Beroperasi

Ekonom PT Bank Pertama Tbk, Josua Pardede mengatakan untuk inflasi inti pada Agustus 2020 masih mengalami perlambatan hingga hanya sebesar 2,07 persen, sementara penjualan mobil dan ritel masih mengalami kontraksi sebesar 71,67 persen dan 12,28 persen. 

Kata Pj Gubernur soal Kepala Dinas Kesehatan Sumut Ditahan Jaksa Karena Korupsi COVID-19

"Secara nominal, baik penjualan mobil dan ritel sebenarnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan awal masa pandemi, namun secara umum, tingkat penjualannya masih berada jauh di bawah sebelum pandemi,” kata Josua saat dihubungi VIVABisnis, Sabtu 26 September 2020. 

Dari sisi investasi, Josua mengatakan PMI Indonesia sudah mencapai 50,8 atau berada di level ekspansi. Namun, indikator lainnya seperti impor bahan baku dan barang modal, masih menunjukan adanya kontraksi dibandingkan tahun lalu. 

Soekarno-Hatta Earns the Most Recovered Airport in Asia-Pacific

Untuk itu, lanjut dia, ke depan perekonomian Indonesia akan bergantung pada penemuan vaksin dan bagaimana pemerintah dapat menyediakannya bagi masyarakat. Sebab, apabila belum ada vaksin, maka perilaku konsumsi masyarakat belum akan pulih ke kondisi sebelum COVID-19, yang kemudian akan menghambat pemulihan perekonomian.

"Saat ini, salah satu skenario terbaik adalah ditemukannya vaksin yang efektif sebelum 2020 berakhir, sehingga pengadaan dan distribusi vaksin dapat terimplementasi pada kuartal I-2021, yang kemudian akan mendorong pemulihan ekonomi kuartal II-2021, dengan asumsi vaksin dapat terdistribusi merata di daerah-daerah prioritas,” jelasnya. 

Dengan skenario ini, kata Josua, konsolidasi pemulihan perekonomian dapat mulai terjadi pada 2021-2022. Sementara, jika belum tersedia pada 2021 maka skenario terburuknya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi baru akan terjadi dua hingga tiga tahun ke depan.

"Di sisi lain, salah satu skenario terburuk ialah belum adanya vaksin hingga  2021, mengakibatkan pemulihan perekonomian yakni pertumbuhan ekonomi akan kembali pada trajectory awal di mana pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen baru akan tercapai pada 2023-2024,” ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya