Ekspor Kendaraan Disalip Komoditas Besi dan Baja Tahun Ini

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Sumber :
  • VIVA/Dusep Malik

VIVA – Pemerintah mengungkapkan bahwa ekspor besi dan baja Indonesia telah melonjak drastis pada 2020. Bahkan angkanya melampaui ekspor kendaraan roda empat, dua dan bagiannya.

Jubir Jelaskan Maksud Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsat Panjaitan, menyatakan tahun ini ekspor besi dan baja mencapai US$6,21 miliar, jauh di atas ekspor kendaraan sebesar US$3,79 miliar.

"Ini angka perdagangan besi dan baja, dulu tahun 2018 itu besi baja baru nomor berapa sekarang sudah nomor tiga, dengan nilai tambah lain akan lebih besar," kata dia secara virtual dikutip Jumat, 25 September 2020.

Produk Baja Lapis RI Siap Ekspansi ke Pasar Konstruksi Australia

Baca juga: Proyeksi Ekonomi Beda dengan Airlangga, Sri Mulyani Dibela Anak Buah

Luhut meyakini ekspor besi dan baja akan semakin kencang ke depannya. Sebab pemerintah telah mendorong agar komoditas besi dan baja serta turunannya. Sehingga menjadi komoditas ekspor yang bernilai tambah.

RI Dibayangi Meningkatnya Persaingan Global, Luhut: Tak Ada yang Bisa Mendikte Kita

"Kalau dibandingkan dengan mobil, motor, kita ekspor nikel ore itu baru US$1,15 miliar, tahun ini 2020 kita bisa US$9,6-10 miliar, sedangkan mobil US$6-7 miliar. Padahal industri dari Jepang ini sudah ada 40-50 tahun," tegas dia.

Luhut menekankan, kondisi itu tidak terlepas dari strategi investasi yang dicanangkan pemerintah. Yakni, dengan melibatkan negara lain yang secara teknologinya sudah lebih maju sehingga bisa memberikan nilai tambah pada komoditas seperti besi dan baja.

Dia mencontohkan, dulu pemerintah hanya mengekspor nikel ore secara mentah saja, namun saat ini dengan adanya Morowali Industrial Park, nikel ore terlebih dahulu diolah menjadi barang bernilai tambah seperti nikel aloy, stainless steel hingga baterai.

"Nanti 2024 dengan ekspor kita berkisar US$30 miliar dari morowali area belum termasuk lithium baterai buat kita masalah CAD (defisit transaksi berjalan) bukan big isu lagi. Ini hasil strategi investasi tergambarkan dalam meningkatkan," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya