Ekspor RI ke China hingga Agustus 2020 Meningkat di Tengah Pandemi

Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun (tengah). (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • KBRI Beijing

VIVA – Hingga Agustus 2020, kinerja ekspor Indonesia ke China dinilai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari meningkatnya total nilai ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu itu serta peningkatan nilai ekspor beberapa produk unggulan dan potensial Indonesia ke Tiongkok. Demikian ungkap Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing hari ini. 

Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Resmi Meluncur, Begini Tampilannya

Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, menyampaikan menurut data yang dirilis oleh Kepabeanan Tiongkok, volume perdagangan Indonesia dengan Tiongkok pada periode Januari sampai Agustus 2020 mencapai 48,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan volume perdagangan tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 23,3 miliar dolar AS, tumbuh sebesar 6.4% dibandingkan dengan nilai total ekspor tahun sebelumnya dalam periode yang sama. Sementara nilai impor Indonesia dari Tiongkok pada periode tersebut mencapai USD 25,4 miliar. Menurun sebesar 11.8% dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

“Defisit perdagangan Indonesia dari Tiongkok dalam periode ini mencapai 2 miliar dolar AS. Tahun lalu untuk periode Januari sampai Agustus 2020, kita defisit 6,6 miliar dolar AS, jadi ada penurunan defisit yang sangat signifikan, hingga 69,2%, apabila tren tersebut terus berlangsung maka diharapkan sampai dengan akhir tahun defisit akan berkurang banyak dibandingkan tahun lalu,” ujar Djauhari dalam pernyataan tertulls kepada VIVA hari ini

Beberapa produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini tercatat mengalami peningkatan nilai ekspor secara signifikan, diantaranya: Besi dan Baja (HS 72) meningkat 134.3%; Tembaga (HS 74) meningkat 88.5%; Alas kaki (HS 64) meningkat 31.9%; Kertas dan Paperboard (HS 48) meningkat 118.7%; Produk perikanan (HS 03) meningkat 16.2%; Karet (HS 40) meningkat 25.8%; Plastik (HS 39) meningkat 20.4%; Timah (HS 80) meningkat 1163.6%; Aluminium (HS 76) meningkat 4124.1%; Bahan Kimia inorganik (HS28) meningkat 63.1%; 

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Buah-buahan tropis (HS 08) meningkat 72.8%; Kopi, teh dan rempah-rempah (HS 09) meningkat 280.8%; Produk Tekstil (HS 63) meningkat 3296.3%; Produk Kain khusus (HS 56) meningkat 54.2%; Produk Essential Oil, kosmetik dan lainnya (HS 33) meningkat 25.3%; Produk minuman, cairan alkohol dan vinegar (HS 22) meningkat  166.4%; Produk keramik (HS 69) meningkat 24.7%; Gula dan Produk Gula (HS 17) meningkat  374.6%; Kaca dan Produk Kaca (HS 70) meningkat 33.6%; Produk farmasi (HS 30) meningkat 24.8%; Sarang Burung Walet (HS 0410) meningkat 90.3%, dll. 

Mengenai realisasi investasi Tiongkok di Indonesia, Djauhari menyampaikan pada periode Januari sampai Juli 2020 telah mencapai 2.4 miliar dolar AS, meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Dengan demikian Tiongkok merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Angka tersebut apabila ditambah dengan investasi dari Hongkong senilai 1.7 miliar dolar AS, maka dapat dikatakan bahwa Tiongkok plus Hongkong merupakan investor terbesar di Indonesia pada periode kuartal pertama.

Sementara untuk data Realisasi Investasi RRT ke Indonesia periode Januari sampai Agustus 2020 baru akan dipublikasikan akhir Oktober. Dubes Djauhari pun berharap kinerja ekpor Indonesia ke Tiongkok semakin baik dengan memanfaatkan platform e-commerce yang semakin menggeliat di masa pandemi Covid-19 ini. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya