Pariwisata Redup, Kakao Jembrana Malah Tembus Pasar Belanda

Petani memilah biji kakao
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Siswowidodo

VIVA – Ada kabar positif dari Kabupaten Jembrana, Bali yang menorehkan pencapaian apik karena mampu mengekspor biji kakao sebanyak 12 ton ke Belanda. Pencapaian apik ini karena di tengah meredupnya sektor pariwisata imbas pandemi Corona COVID-19.

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Arta Ardana Sukawati atau Cok Ace menyampaikan kabar gembira tersebut mesti disyukuri. Ia mengingatkan kondisi saat ini seperti krisis ekonomi 1998.

Menurut dia, sektor pertanian punya potensi jadi penunjang industri pariwisata untuk memajukan ekonomi.

Pariwisata Hijau dan Berkelanjutan Bakal Jadi Fokus Kemenparekraf

"Situasi krisis itu mirip dengan sekarang, ketika sektor pertanian tetap eksis. Kita dapati bahwa pendapatan utama bali dari pariwisata tentu harus ada penyanding pertanian," kata Cok Ace saat melepas ekspor perdana biji kakao ke Belanda, di Denpasar, Senin, 19 Oktober 2020.

Baca Juga: OJK Klaim Pasar Modal Indonesia Mulai Pulih, Ada Tapinya

Arab Saudi Dirikan Maskapai Baru, Rute Riyadh-Afrika Akan Terealisasi

Dia menekankan dengan keberhasilan Jembrana terutama industri kecil menengah seperti Kertha Semaya Samania (KSS) maka sektor pertanian harus dibangun dengan baik untuk meningkatkan ketahanan pangan serta produk-produknya.

Pertanian pun diharapkan menjadi sektor yang menjanjikan dan mampu memberikan penghidupan bagi para pelakunya, sehingga minat masyarakat menjadi petani pun meningkat.

"Saya berharap pertanian terus ditingkatkan dengan basis kakao sehingga terus berinovasi dan mampu ciptakan pasar spesifik dan dapat berlanjut untuk ekspor berikutnya," ujar Cok Ace. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama memuji pencapaian kinerja KSS bersama jajaran terkait. Menurut dia, hal ini sebagai pemicu dan motivasi para petani kakao di Jembrana untuk terus meningkatkan produktivitas produksi kakaonya melalui budidaya yang lebih baik.

Dia menekankan ke depannya, KSS juga bisa meningkatkan kuantitas serta kualitas produk untuk memperkuat daya saingnya.

"Kita mendorong KSS untuk melakukan peningkatan kuantitas dan kualitas produk kakao yang diekspor kedepan tidak hanya produk biji fermentasi tetapi juga dalam bentuk bubuk, butter serta produk olahan lainnya," ujar Sutama. (ant) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya