Cara Kementan Bangkitkan Minat Milenial Kembangkan Usaha Agrowisata

Kelompok Tani Kopi Rejo di Keluruhan Gombengsari, Banyuwangi.
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Ia meyakini tongkat estafet pembangunan pertanian di Indonesia ada pada pundak generasi muda. 

Pejabat Kementan Ngaku Diancam Anak SYL gara-gara Tak Loloskan Proyek

Baca Juga: Kenapa Omnibus Law, Airlangga: RI Negara Paling Berbelit di Dunia

Untuk itu, Mentan menaruh harapan besar di bidang pertanian untuk para generasi milenial yang berani mendirikan usaha, di mana wisata pertanian menjadi salah satu andalan Indonesia di banyak provinsi yang sangat berpotensi untuk mengembangkan agrowisata.

Ada Kabar Baik Buat Milenial dan Gen Z yang Doyan Belanja dan Peduli Penampilan

Adapun salah satu kelompok tani yang mengembangkan konsep pertanian sekaligus wisata adalah kelompok tani Kopi Rejo. Kelompok ini binaan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.

Kepala BBPPTP Surabaya, Kresno Suharto, mengatakan kelompok tani Kopi Rejo telah jalankan program kegiatan desa organik dengan baik, salah satunya yaitu dengan mengintegrasikan perkebunan kopi dan peternakan kambing etawa untuk menjadi wisata edukasi yang menarik.

Mengokohkan Ketersediaan Pangan: Kolaborasi Kuat Antara Pemerintah dan Bulog

Manajer Pertanian Organik Kelompok Tani Kopi Rejo, Hariono menceritakan selama ini mayoritas warga di Keluruhan Gombengsari, Banyuwangi ini memiliki mata pencaharian sebagai petani kopi dan peternak kambing.

Selama ini, kata dia, tidak ada perubahan signifikan dalam usaha para warga kelurahan Gombengsari, ditambah lagi kesulitan mencari pupuk kimia. Sehingga dirinya dan pemuda desa mengintegrasikan perkebunan kopi dan peternakan kambing etawa.

Lalu, pada 2018 salah satu kelompok tani di Keluruhan Gombengsari yaitu kelompok tani kopi rejo mendapat program pertanian organik dari BBPPTP Surabaya sehingga siap untuk menerapkan pertanian organik. Pembinaan dimulai dari budidaya, pasca panen dan pemasaran. Saat ini Kelompok tani Kopi Rejo ini telah mendapatkan sertifikat organik berstandar Eropa.

"Ada yang menarik pada pengelolaan kebun kopi di Keluruhan Gombengsari, selain tanaman kopi yang tumbuh di Perkampungan penduduk, di tempat ini juga merupakan sentra Peternakan kambing etawa yang menghasilkan susu yang sangat nikmat,” kata Hariono dikutip, Rabu 21 Oktober 2020.

Ia menambahkan bahwa bentuk wisata kopi di Kelurahan Gombengsari ini berupa tour kebun kopi, mengenal jenis-jenis kopi, petik kopi (saat panen), belajar memproses kopi secara tradisional (sangrai, menumbuk dan menyeduh) perah susu kambing etawa, memberi minum kambing dengan dot serta kesenian masyarakat Banyuwangi.

Dalam sebulan, lanjut Hariono, berbagai tamu mulai dari pejabat kabupaten, provinsi, hingga pusat, BUMN, Perbankan serta turis dari mancanegara telah berkunjung ke Gombengsari. Banyaknya kunjungan dari berbagai pihak tentunya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bagi masyarakat Gombengsari.

Perlu diketahui, pola tanam kopi di Kelurahan Gombengsari dibudidayakan secara organik yang mengedepankan hubungan harmonis antara unsur yang ada di alam. Mayoritas kopi yang ditanam di kampung ini adalah jenis Robusta yang tumbuh pada ketinggian 400-600 mdpl. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya