RI Tak Punya Pusat Data, Erick Thohir Singgung Lagi Telkom

Menteri BUMN Erick Thohir, di Kantornya.
Sumber :
  • VIVAnews/Arrijal Rachman

VIVA –  Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan kelemahan utama Indonesia sebagai sebuah bangsa. Dia mengatakan kelemahan tersebut berkaitan dengan teknologi digital.

HUT Ke-61, Taspen Tegaskan Komitmen Genjot Kesejahteraan Masyarakat

Erick meyoroti pengembangan teknologi digital di Tanah Air seharusnya diimbangi dengan adanya pusat data atau database. Namun, database tersebut hingga saat ini belum dimiliki Indonesia.

"Karena itu pembangunan data center dan clouding system jadi sangat penting. Jelas salah satu kelemahan kita sebagai berbangsa adalah database," kata Erick secara virtual, Sabtu, 21 November 2020.

BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan: Benar, Kami Belum Memiliki Kecukupan Dana

Erick menyampaikan, dasar kondisi itulah yang menyebabkannya pernah bicara keras tentang BUMN telekomunikasi, yakni PT Telkom Indonesia. Sebab, perusahaan itu dianggapnya punya sumber data yang banyak.

"Kalau diingat waktu itu saya pernah bicara keras mengenai Telkom. Bahkan, saya pernah bilang Telkom enggak serius bangun infrastruktur dan tak berubah strategi bisnisnya lebih baik kita punya Telkomsel saja," tutur dia.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Baca Juga: Pernah Tegur Keras Telkom, Erick Thohir Sebut Itu Ungkapan Sayang

Maka itu, ia meminta Telkom menjadi agregator database. Salah satu yang terpenting dengan menyiapkan pusat data yang bisa dimanfaatkan banyak pihak dan tetap menjaga kerahasiaan masing-masing individu.

"Saya melihat bukan karena apa-apa ini realita bahwa memang saat ini kita lihat Telkomsel sendiri secara telephone company marketnya 65-67 persen, infrastruktur Telkom sudah di mana-mana," ujar Erick.

Selain mendorong Telkom untuk melakukan itu, ia juga akan menggabungkan usaha Telkom dengan beberapa BUMN lain. Misalnya dengan PT PLN melalui pengembangan fiber optic hingga satelit milik PT Bank Rakyat Indonesia (BRI).

"Ini hal-hal yang saya rasa pembangunan data infrastruktur satu data dan pengembangan jaringan fiber optic dan infrastruktur digital lainnya ini jadi sangat penting," jelas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya