Menko Luhut Ungkap Dosa Besar Seorang Pemimpin

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Sumber :
  • VIVAnews/Fajar Ginanjar Mukti

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, untuk dapat mempromosikan pariwisata dibutuhkan kondusifitas di Indonesia. Karena itu menjadi dosa besar para pemimpin di negeri ini khususnya dalam konteks pariwisata, jika tidak berkomitmen mewujudkan hal tersebut.

Kapolri Sebut Kedewasaan Politik di 2024 Jauh Lebih Baik Dibanding 2019

Hal itu ditegaskan Luhut saat membuka rapat koordinasi nasional percepatan pengembangan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Jakarta. Rapat itu juga digelar secara virtual dengan seluruh pemangku kepentingan se Indonesia.

Baca juga: China Bikin Pelayaran Dunia Kekurangan Kontainer, INSA Usul Ini

Prabowo Lempar Guyon soal Pers: Kadang-kadang Kalian Meresahkan Pimpinan Politik

"Kita menjual (promosi wisata) kurang dan itu memerlukan ketenangan dan kedamaian. Saya ulangi, ketenangan dan kedamaian. Dan itu dilakukan oleh kita para pemimpin intelektual ini," ujarnya, Jumat, 27 November 2020.

Luhut mengatakan, untuk menggenjot sektor pariwisata, perlu implementasi ide-ide dan inovasi kreatif para pemimpin. Sehingga, citra Indonesia di mata warga internasional bisa lebih menarik.

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

"Jangan kita menjual ide-ide kekerasan yang membuat negeri kita ini ditakuti orang. Saya serius. Sebagai yang paling senior di ruangan ini. saya ingin sampaikan itu," tegasnya. 

Luhut meminta komitmen seluruh pihak untuk mewujudkan kondusifitas tersebut. Dia pun mengingatkan, jangan ada kepentingan lain mendasari upaya Pemerintah dalam mengembangan pariwisata di Tanah Air.

Sehingga eksekusinya bisa cepat dan pada akhirnya mendorong pemulihan ekonomi nasional yang terhantam COVID-19 saat ini.

"Jadi jangan sampai karena kepentingan-kepentingan politik kita, ambisi politik kita, birahi kekuasaan kita, kita buat keributan-keributan. Itu saya kira adalah dosa paling besar dari seorang pemimpin yang mengetahui itu," ujarnya.

"Saya ingin hasilnya bagus, dan hasil yang bisa dieksekusi. Presiden (Jokowi) kasih kita eksekusi semua keinginan yang kita sudah rapatkan di Borobudur beberapa waktu itu," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya