Rupiah Bergerak di Posisi Rp14.100 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Uang kertas Rupiah dan Dolar AS
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih bergerak di kisaran Rp14.100 pada Senin, 30 November 2020. Meski dibuka menguat pada perdagangan di pasar spot, namun pergerakannya mulai tertekan.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Hingga pukul 10.00 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp14.095 per dolar AS. Melemah 0,04 persen dari level penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sedangkan saat pembukaan hari ini di level Rp14.070.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, hari ini mematok nilai tengah rupiah di level Rp14.128 per dolar AS. Menguat dari 27 November 2020 di level Rp14.145.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Baca juga: Di Hadapan Anak Sekolah, Menkeu Jelaskan Kenapa RI Harus Utang

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai, pada awal perdagangan sepanjang hari ini, rupiah memang akan bergerak fluktuatif. Namun, pada penutupan perdagangan diperkirakannya menguat.

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

"Rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif tetapi ditutup menguat sebesar 5-70 poin di level Rp14.090-14.130," tegas Ibrahim seperti dikutip dari analisisnya hari ini.

Ibrahim menganggap, penguatan rupiah hari ini akan dipengaruhi sentimen positif pelaku pasar keuangan terhadap upaya pemerintah mengamankan stok vaksin COVID-19 untuk Indonesia. Sehingga, ekonomi lebih cepat pulih.

"Kalau memang benar Indonesia akan mendapatkan vaksin lebih awal maka ada harapan besar  ekonomi bisa pulih lebih cepat ketimbang negara-negara lain," ungkap dia.

Mengutip riset Goldman Sachs Global Investment Research, Ibrahim menyatakan bahwa vaksinasi yang lebih cepat bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih dari 6 persen tahun depan.

Di sisi lain, dia melanjutkan, sentimen positif itu juga dipengaruhi oleh efektivitas vaksin dari Pfizer Inc dan Moderna Inc yang terus menunjukkan pembaikan, selain transisi pemerintahan AS yang mulai jalan.

"Menempatkan dolar di bawah tekanan karena investor mencari aset yang berisiko. Yang juga mendorong tren ini adalah dimulainya transisi dari pemerintahan Presiden Donald Trump ke pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya