Bank Dunia: Rakyat Miskin Indonesia Butuh Harga Pangan Terjangkau

Pemantauan harga pangan di Pasar Beringharjo, DI Yogyakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Bank Dunia menaruh perhatian kuat terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, mengatakan, ketahanan pangan itu bukan hanya menciptakan produksi pangan sebanyak-banyaknya.

RI Sudah Impor 567,22 Ribu Ton Beras Maret 2024, Naik 921,51 Persen

Melainkan, yang lebih penting adalah menghasilkan pangan yang bergizi dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi golongan miskin.

"Saat ini, tantangan keamanan pangan yang ada di Indonesia ini tentang keterjangkauan dan ketersediaan makanan bergizi. Bukan hanya ketersediaan tapi juga keterjangkauan," ucap Satu dalam Indonesia Economic Prospect Desember 2020 yang digelar, Kamis, 17 Desember 2020.

Daftar Harga Pangan 22 April 2024: Cabai hingga Telur Ayam Naik

Baca juga: BKPM: Perusahaan Belanda Akan Bangun Industri Pala di Papua

Menurut Satu, kebijakan pemerintah yang dulu telah menerapkan revolusi hijau, telah memperluas pasokan makanan dalam negeri, terutama untuk komoditas beras.

Korupsi Beras Bansos di Lombok, Uangnya Diduga untuk ‘THR’

Namun, ditegaskannya, harga beras di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara kawasan Asia lainnya. 

"Oleh karena itu, artinya sekarang ada kondisi di mana rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah mengalami food insecurities," tutur Satu.

Dia mengungkapkan, makanan menyumbang rata-rata 55,3 persen dari pengeluaran rumah tangga di Indonesia dan pangsanya bahkan lebih tinggi untuk rumah tangga miskin di desil terbawah.

Perbedaan tersebut, dia melanjutkan, bahkan lebih mencolok untuk makanan pokok seperti beras, di mana 20 persen penduduk termiskin membelanjakan 12,2 persen untuk beras, sedangkan 20 persen orang terkaya hanya 4,1 persen.

"Karenanya masalah keamanan pangan ini perlu diperhatikan bukan hanya di tingkat pertanian atau juga produksi, tapi juga di tahap perdagangan dan tingkat daya saing pada saat memasuki pasar," tutur Satu. (art)

Baca juga: Perbedaan 3 Vaksin COVID-19: Cara Kerja hingga Efektivitasnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya