Menko Airlangga Pede IHSG Tembus 7.000 Akhir 2021, Sinyal Sudah Nampak

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Dokumentasi Kemenko Ekonomi.

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia akan terus melejit hingga akhir 2021. Bahkan, dia memperkirakan bisa menyentuh level 7.000

Selain Konflik Iran-Israel, BEI Beberkan Faktor Lain Penyebab IHSG Anjlok Pasca-Lebaran

Hal itu disampaikannya saat memberikan pidato sambutan di acara peresmian pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021 yang digelar secara langsung dan virtual, Senin, 4 Januari 2021.

"Optimisme juga terlihat di pasar modal sejalan penurunan risiko ketidakpastian, di pasar keuangan global tercermin dari volatility indeks dan credit default swap semakin membaik dan IHSG diprediksi bisa mencapai 6.800 ataupun ke 7.000 akhir Desember 2021," tuturnya.

Konflik Israel-Iran Memanas, Airlangga Sebut Stabilitas Keuangan Aman 

Baca jugaIntip Pedoman Gaji hingga Insentif Para Bos di BUMN 2021

Airlangga memandang, kondisi itu juga ditopang oleh level IHSG pada 22 Desember 2020 yang sempat menyentuh level tinggi, yakni di kisaran 6.165. Meskipun pada akhir 2020 kembali susut tipis ke level bawah 6.000. 

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

Di sisi lain, dia melanjutkan, sudah semakin banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 2020. Ditargetkan, pada 2021 akan ada 30 perusahaan lagi yang melantai di pasar saham Indonesia.

"Dan kami berharap jumlah dana bisa cukup signifikan, apalagi disampaikan SBN sekarang sudah sangat rendah sehingga dengan SBN yang rendah yield-nya 3,64 persen ini bisa dorong lebih banyak IPO lagi atau mencari dana dari pasar modal," tutur Airlangga.

Kemudian, dalam asumsi makro APBN 2021, ditargetkan inflasi 3 plus minus 1 persen dan nilai tukar rupiah Rp14,600 per dolar AS. Kondisi ini ditegaskannya menjadi cerminan bahwa indikator makro Indonesia membaik ke posisi sebelum adanya COVID-19.

"Sentimen di beberapa bulan terakhir nilai rupiah terapresiasi ke level Rp14.550 per 30 Desember, berarti baik IHSG maupun rupiah sudah mendekati level pre pandemic, sebelum pandemic di bulan Januari," ungkap dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya