Kedelai Impor Mahal, Mentan Syahrul Genjot Produksi Lokal

Pekerja mengeringkan biji kedelai untuk dijadikan tempe di rumah produksi tempe arema, Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, peningkatan produksi kedelai memang tidak mudah untuk dilakukan. Mengingat kedelai masih diposisikan sebagai tanaman penyelang atau selingan bagi tanaman utama seperti padi, jagung, tebu, tembakau, dan bawang merah.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

Hal ini lah menurutnya yang menyebabkan ketergantungan impor Indonesia akan komoditas ini masih besar. Akhirnya, ketika ada kenaikan harga internasional akan berdampak di dalam negeri.

Syahrul menjelaskan, pemenuhan secara mandiri diperlukan mengingat kebutuhan kedelai sebagai bahan baku untuk produksi tempe dan tahu setiap tahunnya semakin bertambah. Pemerintah terus berupaya menekan impor kedelai yang hingga saat ini masih tinggi.

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Baca jugaJack Ma Menghilang, Dahlan Cerita Masalah Pajak Fan Bingbing

"Kami terus mendorong petani untuk melakukan budi daya. Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting hingga implementasinya di lapangan," kata Mentan Syahrul di Jakarta, dikutip Selasa 5 Januari 2021.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

Menurut Syahrul, masalah ketergantungan impor dan dampaknya terhadap harga merupakan masalah global. Fenomena ini berasal dari negara asal produsen kedelai, yakni Amerika Serikat.

Melonjaknya harga kedelai ini, menurut Kementerian Perdagangan, dikarenakan kenaikan permintaan konsumsi dari China sebagai negara importir kedelai terbesar dunia.

Indonesia yang menjadi negara importir kedelai setelah China pun akhirnya turut merasakan dampak dari kurangnya pasokan komoditas tersebut. Kenaikan harga kedelai ini menjadi beban bagi para perajin tahu dan tempe yang terpaksa harus meningkatkan harga jual.

"Tidak hanya di Indonesia ada kontraksi seperti ini, di Argentina misalnya juga terjadi polemik terkait produksi kedelai," kata Syahrul.

Karena itu, Kementan akan fokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri harus bisa bersaing, baik dari kualitas maupun harganya.

"Kami sudah bertemu dengan jajaran Kementan dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari kementerian dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan kedelai nasional kita lebih cepat," kata Syahrul.

Seperti diketahui harga kedelai saat ini melonjak hingga Rp9.300 per kilogram, dari harga tiga bulan lalu yang masih di kisaran Rp6.000-7.000 per kilogram, berdasarkan data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya