Himbara: Konsumsi Masyarakat Kunci Pertumbuhan Kredit Perbankan

Direktur Utama BRI, Sunarso.
Sumber :
  • M Yudha Prastya/VIVAnews.

VIVA – Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri atas PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), memandang bahwa penurunan suku bunga bukan merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan kredit perbankan.

Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Capai 193,6 juta, Airlangga: Ada Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ketua Himbara yang juga merupakan Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan bahwa permintaan kredit dapat terkerek apabila konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat meningkat.

"Dengan menggunakan analisa model ekonometrika secara umum, terbukti bahwa pertumbuhan kredit dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," kata Sunarso dalam keterangan tertulisnya, Kamis 7 Januari 2021.

Harga BBM Non-subsidi Pertamina Tidak Naik, Erick Thohir: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi

"Karenanya, sudah sangat tepat dalam kondisi pandemi ini pemerintah mengeluarkan berbagai stimulus langsung kepada masyarakat," ujarnya.

Sunarso juga memaparkan bahwa penurunan suku bunga acuan BI telah diikuti penurunan suku bunga pinjaman, namun penurunan suku bunga pinjaman tidak diikuti kenaikan pertumbuhan pinjaman. 

Pertumbuhan Ekonomi AS Beri Tekanan ke Ekonomi Global, Bagaimana Dampaknya ke RI?

"Kita mesti bijaksana untuk melihat cara meningkatkan pertumbuhan kredit, karena turunnya suku bunga tidak selalu bisa mengatrol pertumbuhan kredit," tutur Sunarso.

Menurutnya, tren penurunan pertumbuhan pinjaman, termasuk pada bank Himbara, sejak 2012 terjadi pada saat suku bunga perbankan cenderung turun. Penurunan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga tidak mendorong peningkatan agregat pinjaman perbankan, karena pada 2015 dan 2016 saat suku bunga KUR menurun signifikan, loan growth justru menurun sampai di bawah 10 persen.

"Jadi kunci demand kredit ada di konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," ujar Sunarso.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyebut bahwa biaya dana (Cost of Fund) Himbara saat ini belum bisa rendah karena portofolio pendanaan bank-bank milik negara masih memiliki porsi dana mahal yang relatif besar.

Ke depan, menurut dia, perlu ada diversifikasi jenis pendanaan yang dilakukan Himbara, khususnya jenis simpanan dana murah untuk menekan tingkat biaya dana.

"Kalau dilihat, rasio CASA (dana murah) di salah satu bank swasta nasional sudah di atas 70 persen, sementara di kami mungkin kisaran 65 persen sampai mendekati 70 persen. Ke depan, kita harus melihat bagaimana Himbara menumbuhkan CASA rasionya," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya