Luhut Ungkap China Diajak Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menlu China Wang Yi di Danau Toba.
Sumber :
  • Instagram @luhut.pandjaitan

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan investasi Tiongkok telah memenuhi 4+1 Rule of Thumb yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Hal itu disampaikan Luhut dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.

Harga Diri Apple sedang Dipertaruhkan

4+1 yang dimaksud Luhut yakni ramah lingkungan, transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja dengan menggunakan tenaga kerja lokal, menciptakan nilai tambah, dan model kerja sama business to business (B2B). 

Luhut pun mengungkapkan bahwa China telah diajak oleh Presiden Joko Widodo untuk berpartisipasi dalam kelanjutan pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung hingga ke Surabaya.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

"Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung juga diharapkan dapat diperpanjang menjadi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung-Surabaya. Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan kepada Presiden Xi Jinping agar RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut," ujar Menko Luhut dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis 14 Januari 2021.

Baca juga: Sherina dan Ernest Kritik Raffi Ahmad Keluyuran Usai Divaksin

Houthi Tuding Arab Saudi hingga Rusia, China dan Iran Mulai Satukan Kekuatan

Dalam kunjungan Menlu China Wang Yi pada Rabu 13 Januari 2021, Luhut juga mengajak Menlu China untuk menikmati panorama perbukitan di Kaldera dan tempat bersejarah di sekitar Danau Toba.

Sehari sebelumnya yaitu pada Selasa 12 Januari 2021, Luhut bersama dengan Menlu China Wang Yi menyaksikan penandatanganan dokumen kerja sama (MoU) terkait proyek kerja sama 'Two Countries Twin Park' di Parapat, Sumatera Utara.

Tujuan kerja sama ini untuk membangun model baru industri antara Indonesia dan Tiongkok, membentuk dasar yang efisien bagi investasi dan perdagangan dua arah, serta memperkuat pertukaran kerja sama ekonomi dan perdagangan.

Terkait bidang tersebut, Luhut juga menyatakan bahwa kedua negara dalam hal ini Indonesia-RRT mampu membuka diri untuk membangun rumah sakit internasional agar tercipta kerja sama yang lebih mumpuni antara rumah sakit, pertukaran dokter dan tenaga kesehatan, serta kolaborasi riset dan teknologi antarnegara.

Dalam hal riset, Luhut juga mengundang perguruan tinggi Tiongkok melakukan kerja sama riset di bidang herbal.

Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan area seluas 500 hektare di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang akan difungsikan sebagai Pusat Herbal dan Hortikultura. Bukan tanpa alasan, wilayah ini dibangun karena Indonesia memiliki potensi tanaman obat herbal yang besar dan setiap tahunnya, 40 persen penduduk Indonesia mengandalkan obat herbal untuk menjaga kesehatannya.

Di lokasi ini akan didirikan area demo pertanian, kantor, tempat tinggal, guest house, laboratorium, dan ladang pengumpulan plasma nutfah.

“Selain itu, di tengah pandemi ini, saya juga berharap agar kerja sama ekonomi kita tidak berhenti dan dapat terus ditingkatkan. Indonesia memiliki sumber daya yang kaya sehingga diharapkan Indonesia dapat memperluas pasar produknya di RRT, termasuk akses bagi produk sarang burung wallet, perikanan, buah tropis, dan batu bara,” jelas Luhut.

Selain itu, Menko Luhut juga membahas pentingnya kerja sama pengembangan industrial park. Kedua negara akan mengimplementasikan kerja sama bertajuk ‘Two Countries Twin Park’ yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Fujian yang melibatkan Yuanhong Industrial Park dengan Kawasan Industri Bintan, Kawasan Industri Aviarna, dan Kawasan Industri Batang. Pembangunan ini diharapkan dapat menjadi model untuk kerja sama selanjutnya antara Indonesia dan RRT. 

Pada masa mendatang, perusahaan asal RRT juga dapat melakukan investasi di Indonesia, khususnya di bidang hilirisasi industri, mobil listrik, dan baterai lithium.

Untuk mematuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, investor RRT diminta turut mengembangkan SDM lokal, mulai dari memberikan pelatihan vokasi untuk 11 bidang, seperti terkait Internet of Things, Artificial Intelligence, Big Data, Electric Vehicle, dan manufaktur baterai. 

Tiongkok juga telah berkomitmen untuk mendirikan politeknik industri dan pemerintah RRT merencanakan untuk meningkatkan jumlah penerima beasiswa dari pelajar Indonesia, ditambah dengan pertukaran tenaga pengajar dan magang kerja.

Pemerintah Indonesia saat ini juga berharap dapat bekerja sama dengan Tiongkok untuk melaksanakan program pengentasan kemiskinan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Pendidikan, dan Industri di Indonesia. Program ini dilaksanakan sebagai bentuk penyerapan keberhasilan Tiongkok sebelumnya dalam pengentasan kemiskinan.

“Kami harap kedua negara dapat bekerja untuk mendorong realisasi dari program ini,” tutur Menko Luhut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya