Importir Curhat Dipaksa Jual Kedelai di Bawah Harga Pasar

Pekerja mengeringkan biji kedelai untuk dijadikan tempe di rumah produksi tempe arema, Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Importir kedelai yang tergabung dalam Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) merasa dipaksa menjual harga kedelai di bawah harga pasar untuk tahu dan tempe oleh pemerintah. Sebab, adanya permintaan operasi pasar oleh Kementerian Pertanian.

Bea Cukai Malang Bersama Satpol PP Amankan Ratusan Ribu Rokok Ilegal dari Sejumlah Toko Eceran

Sebagaimana diketahui, operasi pasar tersebut digelar Kementan sejak 7 Januari 2021 dan kedelai akan dijual ke pengrajin seharga Rp8.500 per kilogram. Kedelai bukan berasal dari Gudang Kementan melainkan dari stok para importir.

Ketua Akindo Yus'an mengatakan, harga kedelai internasional sebenarnya sangat transparan dan bisa langsung diketahui atau pun dihitung oleh para pengrajin tahu tempe di Indonesia. Karenanya, dia merasa dipaksa.

Tindak Lanjuti Aduan Masyarakat, Bea Cukai Kediri Gagalkan Peredaran Rokok Ilegal

"Pihak importir dipaksa menjual di bawah harga penjualan," kata dia saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Rabu, 20 Januari 2021.

Baca juga: Geger Beras Vietnam Tiba-tiba Muncul di Pasaran, Ini Kata PT Sarinah

Viral Warga Diteriaki Pencuri Beras Oleh Kadis Perindag Baubau

Yus'an mengklaim, karena pengrajin tahu dan tempe bisa menghitung keseluruhan biaya harga jual dari kedelai impor, maka harga komoditas tersebut tidak bisa dipermainkan atau hasil spekulasi dari para importir kedelai.

"Karena dia tahu persis harga jual kedelai betul-betul. Bisa dihitung secara transparan dari AS, angkutan freight, sampai ke dalam negeri. Kita tidak bisa spekulasi," tutur Yus'an.

Di sisi lain, dia melanjutkan, pihaknya semakin merasa terbebani dengan adanya rencana pemerintah untuk mewajibkan mereka memberikan bantuan pendampingan petani untuk memaksimalkan produksi kedelai dalam negeri. Padahal, ditegaskannya, mereka bukan ahli pertanian.

"Importir tidak punya ahli pertanian tiba-tiba diwajibkan untuk membina petani. Di mana logikanya itu, bagaimana kita biayai pertanian ini," ungkap dia.

"Kita bukan ahli pupuk, bukan ahli tanaman, kita ahli menjual efisiensi pengangkutan, ya kita bisa melakukan. Tapi kalau dibebani dengan bina petani itu suatu unit sendiri," tegas Yus'an.

Yus'an pun mengungkapkan kondisi sebenarnya yang terjadi di negara-negara produsen kedelai utama, seperti AS dan Brasil. Menurutnya, kenaikan harga yang terjadi saat ini memang disebabkan banyak faktor.

Untuk di Brasil, katanya, memang produk pertanian di sana sedang tertekan akibat adanya fenomena cuaca La Nina. Sedangkan di AS, akibat adanya permintaan impor yang tinggi dari pasar China sehingga stok mereka juga tidak mencukupi.

"Stok kedelai di AS jadi tipis akibat pembelian dari China. Itulah sehingga harga pun ikut naik dalam negeri, memang keadaan internasional sedang begitu," ucap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya