Gubernur BI Ungkap Bankir Berpotensi Kehilangan Pekerjaan

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengingatkan bahwa terdapat potensi besar bagi para pekerja di industri perbankan atau bankir untuk kehilangan pekerjaannya. Sebab, perkembangan transaksi digital bank atau digital banking di Indonesia pada 2021 diperkirakan sangat pesat.

Ekonomi Dunia Bergejolak, BI Buka-bukaan Hasil Stess Test Terbaru Sektor Perbankan

Perry mengatakan, dengan pesatnya perkembangan digital, para bankir tidak lagi bisa berdiam diri dan menunggu masyarakat menggunakan layanannya seperti selama ini. Sebab, teknologi digital mengharuskan mereka untuk beri pelayanan lebih ke konsumen.

"Jadi para bankir apakah Anda ingin disowani (disamperin) lama-lama Anda ditinggalkan, wes (sudah) dijamin lah. Kalau para bankir, masih ingin disowani kepada panjenengan semua, Anda kemudian enggak ada kerjaan, akan ditinggal konsumen," tutur dia secara virtual, Jumat, 22 Januari 2021.

Penjelasan BI soal Layanan Alipay Mau Masuk Indonesia

Baca juga: Ajukan KPR BTN Tahun Ini, Ada Subsidi FLPP Rp8,73 Triliun

Perry mengatakan, berdasarkan perhitungan beberapa tahun ini, transaksi digital banking sudah melebihi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2020, angka transaksinya mencapai Rp27.036 triliun dan melonjak 19,1 persen pada 2021 menjadi Rp32.206 triliun. 

Ekonom Proyeksikan BI Bakal Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Sementara itu, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir, PDB atas dasar harga berlaku kuartal III-2020 Rp3.894,7 triliun dan atas dasar harga konstan Rp2.720,6 triliun. Dengan demikian, jauh di bawah angka transaksi digital.

"Dulu kan masyarakat harus sowan ke yang mulia para bankir-bankir ini. Mau transfer, ambil uang, setor, nah sekarang you have to service them melalui digital banking. Sekarang masyarakat sudah pinginnya transaksi hanya melalui HP," ucap Perry.

Dari total transaksi digital tersebut, Perry mengatakan, yang berasal dari transaksi melalui perdagangan elektronik atau e-Commerce akan mencapai Rp253 triliun pada 2020. Sedangkan pada 2021 melonjak 33,2 persen menjadi Rp337 triliun.

Adapun yang berasal dari penggunaan uang elektronik, dikatakannya mencapai Rp201 triliun pada 2020. Sementara itu, pada 2021 akan mengalami kenaikan mencapai 32,3 persen menjadi sebesar Rp266 triliun.

"Dan itulah kenapa Bank Indonesia sangat agresif melakukan digitalisasi sistem pembayaran. Ingat itu lihat angkanya digital banking, ini termasuk online banking, mobile banking, transaksi yang tidak butuh tatap muka," tuturnya.

Meski begitu, Perry mengakui bahwa dengan perkembangan digital tersebut, juga telah banyak perbankan di Indonesia yang sangat agresif untuk melakukan transformasi layanannya untuk mengimbangi perkembangan teknologi digital.

"Masalah digital banking ini banyak kawan-kawan yang ikut. Di perbankan saya sudah berkali-kali ayo perbankan dan alhamdulillah sekitar 15 bank sangat agresif melakukan digital banking," tegas Perry.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya