Marak Fenomena Influencer Saham, BEI Disarankan Ikut Beri Edukasi

Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Baru-baru ini, ramai fenomena influencer saham, termasuk dari kalangan selebritas. Sejumlah Influencer pun sempat dipanggil Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dugaan telah mempromosikan sebuah produk saham sehingga harganya melejit hanya dalam waktu sehari.

Bursa Saham Asia Kompak Anjlok Imbas Eskalasi Konflik Iran-Israel, BEI Buka Suara

Meski pun ada yang membantah menerima endorse, BEI tetap memanggil influencer saham itu untuk berdiskusi terkait dengan dampak promosi yang sengaja maupun tidak sengaja mereka lakukan.

Pengusaha muda sekaligus entrepreneur, William Sunito menilai edukasi dalam bentuk diskusi seputar saham sebaiknya juga dilakukan oleh otoritas ke masyarakat umum.

Smartfren Bakal Rights Issue Rp 8,5 Triliun, Ini Jadwalnya

"Ini penting (edukasi ke masyarakat luas), agar masyarakat tahu untung rugi sekaligus risiko bermain saham. Kan banyak yang ikut-ikutan, tergiur usai lihat publik figur me-review keuntungan besar produk saham tertentu," kata William Sunito dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jumat 29 Januari 2021.

Baca juga: Beroperasi Awal Maret, Ini Bocoran Calon Investor SWF Indonesia

IHSG Dibayangi Koreksi Wajar Akibat Fluktuasi Rupiah hingga Kondisi Geopolitik Global

William mengatakan, Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) serta Self Regulatory Organization (SRO) seharusnya menerapkan lebih ketat lagi regulasi pada semua sektor jual-beli produk saham. Terlebih lagi, Presiden Joko Widodo pada pembukaan perdagangan saham awal 2020 lalu (2 Januari 2020) menunjukkan kekesalannya terhadap praktik goreng menggoreng saham

Dia mensinyalir sejumlah pihak yang takut akan kegusaran Presiden Joko Widodo, kini mengubah pola praktik permainan saham mereka dengan beralih dari cara-cara konvensional. Mereka memilih media sosial yang banyak digunakan masyarakat awam atau memanfaatkan publik figur yang memiliki banyak follower di medsos.

"Ingat, Pak Jokowi mengatakan, praktik goreng-gorengan saham sudah menimbulkan korban dan merugikan investor. Beliau juga meminta regulator pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan otoritas BEI untuk membersihkan praktik tersebut serta mencanangkan pembersihan pasar modal dari para manipulator," kata pengusaha yang masuk daftar Forbes 30 Under 30 itu. 

Dia mengaku sepakat dengan Presiden Jokowi bahwa manipulasi pasar dan transaksi keuangan yang menujurus pada fraud, harus ditindak dengan tegas. 

William menilai publik figur yang mengaku tidak di-endorse oleh perusahaan pengelola saham itu seharusnya sadar bahwa langkah review produk saham yang dilakukannya telah memberikan edukasi sesat. Di mana, follower-nya bisa berasumsi bermain saham pasti untung, tanpa risiko seperti dicontohkan publik figur tersebut.

Menurutnya, tidak ada salahnya jika BEI menerapkan regulasi ketat seperti yang diterapkan United States Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat untuk melindungi uang masyarakat. Bahkan secara umum bisa menyelamatkan perekonomian negara agar tidak semakin terpuruk usai dihantam dampak pandemi COVID-19.

Apalagi, lanjut dia, saat ini ada fenomena investor yang rela investasi saham dengan uang hasil pinjaman.

"Coba bayangkan jika puluhan hingga jutaan followers publik figur tersebut menyetorkan uang yang tidak menutup hasil pinjaman. Bagus jika benar, tapi kalau bermasalah kan kasihan mereka," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya