-
VIVA – Militer Myanmar pada Senin 1 Februari 2021 melakukan aksi perebutan kekuasaan pemerintahan atau kudeta militer dari Aung San Suu Kyi yang secara sah terpilih dalam pemilu demokratis. Aksi mencekam itu dilakukan dengan menculik pemimpin partai pada Senin dini hari.
Dilansir dari Channel News Asia, pada Rabu 3 Februari 2021, atas aksi kudeta militer tersebut sejumlah perusahaan asing yang ada di negara tersebut mulai melakukan tanggap darurat atas sejumlah bisnis dan asetnya.
Seperti pada investor raksasa ritel asal Jepang Aeon, lalu POSCO Internasional dari Korea Selatan dan Telenor dari Norwegia yang menilai kudeta yang terjadi di Myanmar perlu diwaspadai.
Kemudian, Kirin Holdings dari Jepang yang telah masuk ke Myanmar sejak partai Suu Kyi memenangkan pemilihan umum pada 2015 menilai kondisi politik saat ini menjadi semakin waspada, setelah sebelumnya ada dampak dari penganiayaan minoritas Muslim Rohingya.