Cerita Alumni ITB Sukses Jalankan Bisnis Kuliner di Bogor

Ilustrasi belanja kuliner.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Linda Hasibuan

VIVA - Salah satu kandidat calon ketua umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), Gembong Primadjaja, meyakini alumni ITB memiliki keberanian untuk berwirausaha. Syaratnya, sesama jebolan kampus Ganesha harus saling support meskipun ada resiko jatuh bangun.

9 Menu Buka Puasa Unik dari Berbagai Negara, Bikin Ngiler dan Penasaran!

Dia mencontohkan alumni yang berhasil menjalankan usahanya yaitu Soldi. Alumni Geofisika dan Meteorologi (GM) angkatan 1986 itu begitu lulus kuliah langsung membuka usaha kuliner di Bogor.

"Memang tak dipungkiri, Ajo Soldi sempat jatuh bangun beberapa kali, dari satu cabang menjadi tujuh, lalu kembali menjadi satu lagi. Tahun 2017, tempat usahanya kembali digusur," kata Gembong melalui keterangan persnya, Minggu, 21 Februari 2021.

Beli Properti Bisa untuk Rumah Tinggal Sekaligus Investasi Jangka Panjang

Soldi pada akhirnya bertemu dengan Gembong, sesama alumni di ITB. Tanpa proses rumit, Gembong mengeluarkan kocek pribadi Rp150 juta, dalam bentuk kerja sama bagi hasil.

"Kini, Sate Padang Ajo Soldi semakin berkembang dan menjadi salah satu kuliner dengan cita rasa yang luar biasa di kota hujan," ujar Gembong lagi.

Ekonomi Digital di ASEAN Meningkat, HSBC Luncurkan Growth Fund Rp15,8 Triliun

Baca juga: ITB Berikan Keringanan Uang Kuliah Tunggal pada Mahasiswa

Gembong menuturkan dananya sudah kembali, profit finansial dan persahabatan dengan Soldi didapat. Kepemilikan usaha juga tetap dimiliki Soldi sepenuhnya.

Tak hanya Soldi, alumni ITB lainnya, Ali Bagus Antra Suantra punya cerita serupa saat merintis usaha kuliner Bebek Garang. Gembong bercerita alumni Planologi ITB tahun 2006 ini sempat jatuh bangun dalam menjalankan usahanya karena masalah keterbatasan modal.

Setelah mendapat bantuan modal darinya senilai Rp500 juta, usaha pria kelahiran Bandung 28 Januari 1983 itu bisa berjalan lancar. Menurut Gembong, itu adalah embrio dari program Alumni Finance Alumni, yang akan diformalisasikan sebagai program resmi IA ITB, apabila ia terpilih.

Dikemas dalam platform digital, dengan tujuan memperbesar value investasi dan jumlah alumni ITB terlibat, baik yang membiayai atau dibiayai.

"Jika disamakan dengan peer to peer lending, itu sah-sah saja, tapi emosional prinsip 'saling bantu antar gajah alumni', serta alokasi profit untuk giving back ke almamater, endowment fund misalnya," kata Gembong.

Menurut Gembong, alumni ITB yang punya keberanian untuk berwirausaha harus terus didorong.

"Karakter entrepreneurship di kalangan alumni ITB harus ditingkatkan untuk membuka peluang kerja," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya