- Instagram @jamiekernlima
VIVA – Terus hadapi penolakan selama bertahun-tahun justru membuat wanita ini sukses membangun perusahaan dengan nilai hingga miliaran dolar. Dia adalah Jamie Kern Lima, miliarder yang sukses membangun IT Cosmetics.
Dikutip dari CNBC, pada Rabu 24 Februari 2021, Jamie Kern Lima sebelumnya adalah seorang pelayan di salah satu perusahaan Denny's. Dan pada 2008 dirinya bersama suami berhenti dari pekerjaan mereka dan memulai membuka perusahaan makeup.
Awalnya Jamie Kern Lima membuat produk alas bedak untuk menutupi rosacea atau kondisi kulit yang sering menyebabkan kemerahan di wajah. Dari situ, produk itu terus berkembang dan delapan tahun kemudian L'Oreal membeli perusahaan IT Cosmetics.
Saat itu, L'Oreal membeli IT Cosmetics seharga US$1,2 miliar secara tunai. Kern Lima mengantongi sekitar US$410 juta atau setara Rp5,74 triliun dari kesepakatan itu. Dan usai akuisisi itu menjadikannya CEO wanita pertama dalam sejarah L’Oreal.
Tapi, sebelum menuju puncak suksesnya, Kern Lima justru tak mulus dalam setiap penjualan produk-produknya. Sebab, ia pernah alami penolakan dan kejatuhan hingga akhirnya dihadapi semuanya dengan tenang.
Ia pun sangat mengingat moment saat dirinya direndahkan oleh seorang investor pria yang menyatakan bahwa produk kecantikannya tidak akan dibeli oleh wanita, usai mereka melihat bentuk tubuh dan berat badannya yang besar.
Bahkan, dahulu QVC salah satu brand terkemuka sempat menolak menjual produk kosmetik dari IT. Dan kini setelah penolakan tersebut, QVC dan Sephora justru menjual mereknya tersebut.
Untuk, kunci sukses dari semua perjuangannya selama ini, kata Kern Lima, adalah diam dan mendengarkan, sebab suara kecil dan jelas di dalam diri kita yang memberi tahu kita, apa yang harus dilakukan.
"Jika saya menyimpan dendam terhadap siapa pun yang menolak saya, saya tidak akan pernah mengubah tidak ini menjadi iya yang mulia," tulis Kern Lima.
Maroko Masuk dalam 5 Besar Negara Terkaya di Afrika
Maroko kembali menempati posisi dalam pasar kekayaan “5 Besar” di Afrika pada tahun 2023, menurut laporan tahunan dari perusahaan konsultan Henley and Partners (H&P).
