Hak Disabilitas di Lingkungan Kerja di Jabar Kurang Terpenuhi

Keahlian usaha kaum disabilitas.
Sumber :
  • Adi Suparman/ VIVA.

VIVA – Kaum penyandang disabilitas di Jawa Barat dinilai masih belum mendapat hak kesetaraan di lingkungan kerja maupun sosial. Akibatnya, perasaan tersudutkan dan bullying dinilai masih menjadi momok menakutkan para penyandang disabilitas ketika beraktivitas di lingkungan kerja maupun sosial.

Sri Agustin, Nasabah Mekaar yang Dipuji Jokowi Berbagi Tips Eksis Jalani Usaha Sambel

Kepala UPTD Panti Sosial Penyandang Disabilitas Mental, Sensorik Netra, Rungu Wicara, Tubuh Dinas Sosial Jawa Barat, Ferrus Syamach menjelaskan, kasus tersebut kerap dijumpai dari penyandang dari berbagai daerah yang telah dibina. Situasi tersebut kerap muncul ketika dinamika pekerjaan memasuki kondisi di bawah tekanan.

"Kadang-kadang mereka ada perasaan bullying, dalam satu pekerjaan karena terbatas karena dominan orang-orang (normal) seperti kita,"ungkap Ferrus, di Bandung, Rabu 3 Maret 2021.

Industri Facility Manajemen Indonesia di Atas Vietnam dan Kamboja

Baca juga: Gubernur BI Ajak Menko Luhut hingga Sandiaga Uno Belanja

"Lalu kita lupa kalau ini disabilitas misalnya lagi tingkat intensitas pekerjaan tinggi terus lupa 'tolong ambilkan itu'. Padahal dia tidak bisa bicara kita tidak bisa menggunakan isyarat, atau dia cacat tubuh di atas kursi 'eh cepat dong ambilin itu' dia merasa tersinggung. Nah itu mereka merasa ter-bullying," 

Kunjungan ke Jepang, Sekjen Kemnaker Terus Berupaya Tingkatkan Kerja Sama Pengembangan SDM

Dengan kondisi tersebut, para penyandang disabilitas kerap tak bertahan lama bekerja atau berwirausaha di lingkungan kerja. Khususnya pada lingkungan kerja pada umumnya.

"Disabilitas itu kalau bekerja dengan orang lain sulit bertahan lama, kendalanya biasanya tidak di semua area ramah lingkungan. Transportasinya, infrastrukturnya mungkin kebiasaan prilaku, nah itu penyebab mereka tidak bertahan lama," terangnya.

Menurutnya, keberanian penyandang disabilitas harus ditumbuhkan sejak dini sehingga bisa bertahan di dunia kerja. Peran keluarga pun penting terkait hal ini.

"Kekhawatiran yang besar dari keluarga jadi pada saat bekerja di luar tempat kelahirannya. Nah itu yang kadang-kadang membuat tidak bisa bertahan lama kalau bekerja dengan orang lain," katanya.

Dengan kondisi tersebut, pengembangan bakat kepada kaum disabilitas. Menurutnya, sektor wirausaha menjadi potensi bagi bagi mereka untuk meningkatkan derajat ekonominya.

"Sebenarnya banyak keterampilan namun yang sudah bisa dikembangkan punya potensi bagus untuk wirausaha baru. Seperti, membuat batik kualitasnya semakin bagus, sablon gelas (mug) sudah banyak pesanan," terangnya.

Tidak hanya itu, penyandang yang dibina juga memiliki keahlian dalam bidang kuliner. Potensi-potensi itu lah yang terus dikembangkan.

"Memasak kebetulan kami punya dapur higienis dengan peralatan bagus, baru bisa memaksimalkan batik dan gelas, enggak mudah mengelola disabilitas, sebenarnya banyak yang bisa dikembangkan tapi COVID-19 ini menghalangi sebagian usaha," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya