Pemerintah Tegaskan Dana PEN Tak Optimal Bila COVID-19 Tak Terkendali

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono.
Sumber :
  • VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Pemerintah menyatakan, insentif yang telah digelontorkan selama ini ternyata memang terbukti tidak berhasil mendorong perekonomian Indonesia bisa pulih lebih cepat dari dampak COVID-19.

Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Sekertaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan hal ini. Dia mengatakan, ini tergambar dari hasil evaluasi insentif yang telah diberikan selama 2020.

Saat di acara Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Peluncuran Peta Okupasi Bidang Logistik dan Supply Chain, Susiwijono menyatakan bahwa insentif tersebut akan optimal bila memang COVID-19 bisa dikendalikan.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Baca juga: 21 Ruas Tol Jasa Marga Siap Didaur Ulang Melalui LPI

"Tanpa ada rasa aman itu kita kasih bentuk insentif apapun akan sulit mendorong perekonomian walaupun trennya sudah ada perbaikan sepanjang 2020," kata dia saat memberikan sambutan di acara tersebut.

Menko Airlangga Bertemu Menlu Singapura, Optimis Kerja Sama Bilateral Kedua Negara Terjalin Kuat

Dia menyatakan ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sepanjang 2020 masih terkontraksi atau minus 2,07 persen. Meskipun membaik dari kontraksi kuartal II-2020 yang minus 5,32 persen.

"Kita evaluasi setahun kita menjalani masa pandemi ini semua kebijakan program sudah kita gulirkan tapi pada akhirnya kunci utamanya itu membangun rasa aman kepada masyarakat pelaku ekonomi, sehingga mau beraktivitas," tuturnya.

Untuk itu, Susiwijono menekankan, pemerintah kini tengah fokus untuk melaksanakan program vaksinasi nasional. Tujuannya untuk memastikan terciptanya kekebalan komunal atau herd immunity.

Ketika kekebalan komunal terbentuk, Susiwijono meyakini masyarakat dan pelaku ekonomi secara keseluruhan akan bisa kembali beraktivitas lagi sehingga roda perekonomian bisa bergerak.

"Tapi dari pertumbuhan ekonomi kita di 2020 kita mengalami kontraksi dalam kuartal II, turun hingga minus 5,32 persen bahkan beberapa sektor yang paling terdampak sektor-sektor yang mengandalkan pergerakan orang," papar dia.

Untuk itu, dia Susiwijono meyakini, jika sampai akhir tahun proses vaksinasi berhasil dengan dosis 426,8 juta dosis dan COVID-19 bisa dikendalikan, maka pertumbuhan ekonomi bisa 4,5-5,3 persen pada 2021.

"Mudah-mudahan kuartal I 2021 ini bisa positif dan kita target sepanjang 2021 4,5-5,3 persen memang cukup ambisius karena kita optimis karena banyak indikator makro dan sektoral yang menggambarkan pemulihan," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya