25 Persen Peserta Kartu Prakerja Belum Punya Rekening Bank Saat Daftar

Menko Perekonomian AIrlangga Hartarto dan Presiden Jokowi
Sumber :
  • Dok. Sekretariat Kabinet

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menklaim, para peserta Kartu Prakerja mendapatkan dampak yang positif mengikuti program tersebut. Para alumninya pun sangat merasakan manfaatnya.

Golkar Terbuka Jika Jokowi-Gibran Mau Gabung: Amin, Kami Anggap Doa

Kata Airlangga, para 'lulusan' yang menerima pelatihan program Kartu Prakerja itu kini punya keterampilan lebih dari pekerjaan sebelumnya. Mereka pun bisa bangkit dari keterpurukan setelah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Pandemi COVID-19.

Hal tersebut disampaikan Airlangga di depan Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan hari ini. Dalam kesempatan itu, hadir pula para lulusan program tersebut.

Kata Istana soal Kabar Jokowi Bakal Anugerahkan Satyalencana ke Gibran dan Bobby

Baca juga: IWAPI Dukung Anindya Bakrie Pimpin Kadin Indonesia

"Di antara alumni tersebut ada yang merupakan lulusan seorang satpam pak (Jokowi). Lulusan SMA yang ter-PHK dan sekarang sudah menjadi supervisor dengan beberapa karyawan, beberapa staf di 5 kabupaten. Setelah mengikuti pelatihan digital marketing," kata Airlangga saat paparan, Rabu 17 Maret 2021.

Prabowo dan Gibran Bakal Temui Jokowi Nanti Malam

Menurut Airlangga, Program Prakerja yang disebutnya semi bansos ini akhirnya juga dapat mengakselerasi inklusi atau melek keuangan. Sebanyak 25 persen penerima, yang dulunya belum punya akun rekening bank atau dompet digital, kini telah memilikinya.

"Dan ini tentu program pembelajaran yang dibutuhkan di era digital yaitu secara daring dan mandiri," kata Ketua Umum Partai Golkar itu.

Sejak program diluncurkan, kata Airlangga, sebanyak, 5,5 juta orang terpilih dan telah menyerap anggaran tahun lalu senilai Rp19,98 triliun. Jumlah itu setara 99,9 persen dari Rp20 triliun dari total anggaran yang disiapkan.

"Di sini yang pesertanya termasuk perempuan penyandang disabilitas dari daerah tertinggal dan peserta dengan pendidikan SD, SMP, lansia, dan pekerja migran Indonesia. Mayoritas tidak bekerja berusia muda, terdidik dan belum pernah mengikuti kursus," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya