Berikut Peluang Universitas di RI Naik Kelas Dunia Kala Pandemi

Rizal Affandi Lukman
Sumber :
  • Dokumentasi Kemenko Ekonomi.

VIVA – Dampak pandemi COVID-19 selain terasa di sektor ekonomi juga dirasakan di sektor pendidikan. Utamanya pada jenjang pendidikan perguruan tinggi atau universitas.

Mahasiswa Universitas Jambi Ciptakan Sabun Cuci Piring dari Kulit Nanas

Deputi Menko Perekonomian Republik Indonesia, Rizal Affandi Lukman mengakui bahwa dampak pandemi dirasakan oleh sektor pendidikan. Meskipun demikian Rizal menilai bahwa masih ada peluang agar investasi di sektor pendidikan terus eksis.

"Investasi di dunia pendidikan tidak boleh berhenti pada masa pandemi. Sebaliknya dunia pendidikan harus terus bergerak mencari celah, agar bisa tetap terus eksis," kata Rizal dalam Webinar Dialog Global bersama Nelnet International, KADIN Indonesia, dan Indonesia Australia Business Council (IABC) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), Selasa 30 Maret 2021.

6 Perguruan Pencak Silat Indonesia Tersebar di Dunia, Ada Muhammadiyah

"Siapa tahu justru, pendidikan kita bisa menjadi pendidikan kelas dunia. Kondisi ini justru bisa menjadi momentum kebangkitan pendidikan perguruan tinggi di Tanah Air. Sebab pasar yang dibutuhkan sudah ada, tinggal melengkapi sarana dan prasarana terutama teknologi informasi yang bisa diakses di seluruh dunia," sambung Rizal.

Rizal menerangkan, pemerintah tetap terus mendukung investasi di pendidikan tinggi supaya pendidikan tinggi Indonesia bisa menjadi pendidikan kelas dunia.

Donald Trump Peringatkan Israel Harus Berhati-hati Agar Tidak Kehilangan Perhatian Dunia

"Saat pemerintah terus berusaha memulihkan perekonomian akibat COVID-19, pemerintah juga terus meningkatkan kualitas SDM lewat pendidikan. Pendidikan merupakan pilar yang paling penting salah satu langkah penting dalam meningkatkan SDM adalah dengan berinvestasi di sektor pendidikan tinggi," kata dia.

Rizal menerangkan, pendidikan tinggi dapat mendorong peningkatan kemampuan pemanfaatan teknologi, kesehatan masyarakat, hingga pemulihan ekonomi. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah melibatkan dunia bisnis dan industri dalam membangun pendidikan tinggi dalam bidang sains dan teknologi.

"Untuk menyelaraskannya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga memberikan insentif dengan total anggaran (matching fund) sekitar Rp250 miliar," tutur Rizal.

"Pentingnya kerja sama pendidikan tinggi antarnegara, misalnya dengan Australia maupun dengan negara lain. Manfaat kolaborasi Indonesia-Australia, khususnya untuk pendidikan adalah tingginya ekspor jasa Australia ke Indonesia senilai $899 juta pada tahun 2018," imbuhnya.

Rizal menjabarkan Indonesian-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) akan menjamin untuk mengirim para ahli Australia untuk pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan tertentu dapat memberikan layanan lewat bisnis yang dimiliki Australia di Indonesia.

"Ini menguntungkan bagi pelajar Indonesia karena akan meningkatkan akses mereka ke pelatihan keterampilan kelas dunia di seluruh Indonesia tanpa pelatihan kebutuhan perjalanan internasional," paparnya.

Sementara itu Presiden Nelnet Business Services, DeeAnn Wenger menyampaikan dia merasa senang bisa bekerjasama dengan mitra-mitra termasuk Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dan Indonesia Australia Business Council/IABC, karena menyatukan dunia praktik terbaik untuk kepentingan semua.

DeeAan menyebut bahwa Nelnet Business Services telah bermitra dengan lebih dari 11.000 sekolah K-12 dan 1.200 lembaga pendidikan tinggi di seluruh dunia untuk membantu mereka menanamkan praktik terbaik dalam organisasi mereka.

Pengalaman Nelnet International membantu dalam memberdayakan sekolah dan institusi pendidikan tinggi Indonesia agar menjadi pemimpin internasional dalam berhasil berinovasi dan beradaptasi dengan pembelajaran online.

Sedangkan menurut Presiden Nasional IABC dan Ketua Komite Bilateral Australia KADIN Indonesia, George Iwan Marantika, pandemi COVID-19 telah mempercepat pergerakan menuju digitalisasi pendidikan dan menggabungkan beberapa model pembelajaran di seluruh dunia.

Pandemi juga menciptakan tantangan infrastruktur serta memperluas kapasitas sektor untuk perubahan. Covid-19 telah mendefinisikan ulang model pengajaran dan pembelajaran.

"Universitas, akan didorong oleh teknologi, dengan kemampuan para pemimpin perguruan tinggi untuk beradaptasi dan menemukan kembali kampus mereka sebagai faktor kunci keberhasilan," tutur George.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya