Bank Sentral ASEAN+3 Perkuat Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 mengadakan pertemuan ke-24 yang menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional saat ini. Hal tersebut untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan dalam menghadapi COVID-19.

DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Peningkatan kerja sama ini juga ditujukan untuk meningkatkan kesiapan memasuki masa usai pandemi. Kesamaan pandangan tersebut mengemuka pada pertemuan yang berlangsung secara virtual antar negara-negara ASEAN plus China, Jepang dan Korea Selatan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, seluruh gubernur bank sentral dan menteri keuangan di kawasan ini menyambut baik penguatan kerja sama keuangan itu. Yang, dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) dan mulai berlaku sejak 31 Maret 2021.

OJK Beberkan Kunci Hadapi Memanasnya Dinamika Ekonomi Global

CMIM merupakan kerjas sama keuangan di antara negara-negara ASEAN+3 dalam bentuk fasilitas dukungan likuiditas bagi negara yang menghadapi masalah likuiditas jangka pendek atau kesulitan neraca pembayaran. Kerja sama CMIM dibentuk pada 2010 dengan nilai komitmen kerja sama sebesar US$240 miliar.

“Bank Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen. Yang, merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah, melakukan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar," kata Perry dikutip dari keterangannya , Selasa, 4 Mei 2021.

Israel-Iran Memanas, BI Catat Modal Asing Kabur dari Indonesia Rp 21,46 Triliun

Selain itu, pertemuan ini juga memperkuat kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari 30 persen menjadi 40 persen. CMIM IMF De-Linked Portion adalah fasilitas CMIM yang diberikan kepada negara ASEAN+3 tanpa harus dikaitkan dengan program IMF.

Kemudian, juga memperkuat pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan kerja sama CMIM dalam mata uang lokal. Penggunaan mata uang lokal ini dilakukan dengan prinsip voluntary and demand driven.

Pada kesempatan itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan dukungannya pada kesiapan operasional CMIM sebagai jaring pengaman keuangan yang efektif di kawasan dan komponen penting dari jaring pengaman keuangan global.

“Kami sangat mendukung kebutuhan CMIM untuk membangun kredibilitas sebagai jaring pengaman keuangan kawasan. Yang dapat diandalkan, dapat diakses dan disukai oleh negara-negara anggota terutama pada saat krisis,” tuturnya.

Penguatan kerja sama ini diharapkannya mampu untuk menghadapi dampak negatif Pandemi COVID-19 dan membantu pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya