Sri Mulyani: Dampak COVID-19 Masih Bayangi Ekonomi RI Hingga 2022

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan keterangan pers.
Sumber :
  • instagram @smindrawati

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memastikan bahwa tantangan yang harus dihadapi oleh perekonomian nasional akibat pandemi COVID-19, masih akan membayangi Indonesia di tahun ini dan tahun 2022 mendatang.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Bahkan, dia menyebut jika hal itu juga masih akan berpengaruh pada desain Anggaran Pendapatan dan Belanja Indonesia (APBN) ke depan.

"Kita melihat masih ada faktor-faktor eksternal dan domestik yang memengaruhi kondisi ekonomi kita di tahun ini dan tahun depan," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di acara Musrenbangnas 2021, Selasa 4 Mei 2021.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Menteri yang karib disapa Ani itu menambahkan, penanganan COVID-19 di Tanah Air pun harus mendapat perhatian ekstra, karena berbagai dinamika penanganan COVID-19 secara global pun masih menemui tantangan yang cukup besar. Hal itu dapat dilihat dari kasus harian secara global yang saat ini sudah di atas 800 ribu, serta munculnya berbagai varian baru dari COVID-19 tersebut.

Kondisi itu pun masih harus ditambah lagi dengan terjadinya gelombang COVID-19 baru di berbagai negara, seperti di India, Brasil, dan Turki. Hal itulah yang diakui Sri Mulyani membutuhkan perhatian baik dari faktor eksternal maupun domestik.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Secara eksternal, perhatian harus difokuskan pada aspek perubahan kebijakan fiskal, dan moneter di negara maju, yang memiliki spillover (efek) dalam bentuk inflasi, suku bunga global, dan berujung pada volatilitas nilai tukar dan capital flow yang juga mengalami volatilitas.

"Disparitas ekonomi dunia juga akan menyebabkan perubahan atau dinamika antar negara, termasuk dari sisi stimulus maupun kemampuan untuk memperoleh vaksin," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, upaya pemulihan ekonomi dari beberapa negara besar seperti China dan Amerika Serikat, dipastikan akan membuat harga komoditas mengalami peningkatan yang sangat kuat, dan harus diantisipasi baik dari sisi negatif maupun positifnya.

Sementara di dalam negeri, pemulihan ekonomi Indonesia diakui Sri Mulyani juga masih belum merata, termasuk antarsektor yang lebih mudah pulih, dan yang lebih sulit untuk pulih. "Sektor industri keuangan juga harus terus dijaga karena masih dalam posisi untuk mendukung pemulihan," kata Sri Mulyani.

Kemudian, lanjut Sri Mulyani, perubahan teknologi terutama di ranah teknologi digital, serta isu perubahan iklim dan aspek-aspek turunannya, disebut-sebut juga akan terus memengaruhi, dan membentuk perekonomian Indonesia di masa mendatang.

"Inilah yang harus menjadi perhatian bagi kita semua, baik para pembuat kebijakan di pusat maupun di daerah," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya