Usai Lebaran 2021, Rupiah Diperkirakan Menguat

Uang kertas rupiah dan dolar AS.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan masih terus berfluktuasi pada perdagangan Senin, 17 Mei 2021. Meski begitu, rupiah masih bertahan di kisaran level Rp14.200 per dolar AS.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Di pasar spot, saat pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.250 per dolar AS. Bergerak melemah 0,58 persen dari penutupan perdagangan kemarin di posisi Rp14.197.

Adapun data terakhir kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor) Bank Indonesia pada pukul 15.15 WIB kemarin telah menetapkan nilai tengah rupiah di level Rp14.203 dari hari sebelumnya Rp14.198.

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, kondisi ini tidak terlepas dari data-data perekonomian dalam negeri yang masih menunjukkan perlambatan meskipun terus tumbuh mengarah ke pemulihan.

"Penjualan ritel Indonesia terus menunjukkan tanda pemulihan, meski masih terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) pada Maret 2021," kata dia dikutip dari analisisnya hari ini.

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Angka ini naik 6,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm).

"Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, masih terkontraksi 14,6 persen. Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun," tuturnya.

Dengan sentimen-sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dalam perdagangan sepanjang hari ini akan terus berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp14.180-Rp14.225.

Ini dipengaruhi oleh Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve yang diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan moneter dovishnya sampai ada tanda inflasi yang lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya