Emil Dardak Ajak AMSI Ambil Peran dalam Ekosistem Ekonomi Digital

Wagub Jatim Emil Dardak dalam acara bincang santai di Rakerwil AMSI Jatim.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal (Surabaya)

VIVA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengajak insan jurnalis yang tergabung dalam Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) untuk bergandengan tangan dalam membangun sebuah perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk di bidang ekonomi, khususnya di Jawa Timur. Sebab, disadari atau tidak, digitalisasi yang tak terbendung sudah mengubah pola pikir dan cara masyarakat dalam hal apapun.

Diam-diam Ternyata Israel Terima Sumbangan yang Sangat Besar, Ini Dia Sumbernya

Emil mengambil contoh mind set masyarakat tentang sebuah pekerjaan di masa dulu, sekarang, dan masa depan. Dulu, kata dia, orang mengukur sebuah prestasi pekerjaan dengan jabatan. Dahulu, orang bekerja sesuai jam kerja dari pukul sembilan pagi sampai pukul lima sore. Sekarang, setiap waktu dan di mana saja orang bisa bekerja. Tidak memerlukan inventaris kantor.

“Kalau di masa lalu tangganya jabatan, tapi masa depan adalah impact. Jadi nanti pertanyaannya bukan kerja di mana, tapi apa yang telah dilakukan. Organisasi makin ramping dan ke depannya sangat kontekstual dan situasional,” kata Emil dalam acara bincang santai di Rakerwil AMSI Jawa Timur di Prigen, Kabupaten Pasuruan, pada Sabtu, 12 Juni 2021.

Hari Kedua Lebaran, Prabowo Ucapkan Maaf Lahir Batin ke Rekan-rekan Media

Baca juga: Komnas HAM Minta Polisi Selidiki Penyebab Kematian Wabup Sangihe

Untuk itu, dia menegaskan bahwa media siber cocok dengan masa depan. “Artinya apa? AMSI punya kebiasaan yang lebih cocok dengan masa depan, bukan masa lalu. Teman-teman di AMSI menduduki jabatan apa menjadi cita-cita? Tidak. Tapi apa yang dilakukan. Itu maksudnya, bahwa sebenarnya egaliter, fleksibel dan kontekstual mindset seperti ini melekat di AMSI dan jurnalis,” tandas suami dari Arumi Bachsin itu.

Review Negatif Makanan, Seorang Wanita Terancam Denda Puluhan Miliar!

Namun begitu, Emil juga mengingatkan bahwa era digital menjadi tantangan tersendiri bagi AMSI dan media-media online. Di antaranya adalah trennya konten-konten kreatif dan menarik yang dibuat oleh akun-akun pribadi atau kelompok (influencer) di media sosial. Begitu juga di sektor ekonomi yang kemudian menumbuhkan yang namanya eksosistem ekonomi digital.

Nah, pandemi COVID-19 semakin menumbuhkan itu. “Hari ini mobil kita sendiri bisa dikonversi menjadi kendaraan umum. Rumah yang ditempati kamarnya bisa dimanfaatkan secara ekonomi dengan disewakan kepada orang,” ujar mantan Bupati Trenggalek itu.

Bagi Pemprov Jatim, AMSI menurut Emil bisa masuk menjadi bagian dari ekosistem ekonomi digital tersebut. Bagaimana menggerakkan dan merangsang masyarakat untuk turut serta berkontribusi menggeliatkan ekonomi nasional, terutama Jawa Timur. Cara pandang dan kultur masyarakat perlu dibangun, di antaranya melalui konten-konten yang disajikan oleh media online.

Emil lantas mengambil contoh kultur ekonomi masyarakat Jepang. Di Negeri Sakura itu, kata dia, warga setempat ogah membeli dan mengkonsumsi barang selain buatan Jepang. Itu sebabnya ongkos ekspor barang ke Jepang tinggi karena kepentingan itu. Di Indonesia, bagaimana masyarakat cinta produk Indonesia bisa dicipta melalui membangun cara pandang dan kulturnya. Nah, di titik inilah peran media digital penting.

Ketua AMSI Wenseslaus Manggut mengamini paparan Emil. Ia menyebut tantangan media digital saat ini adalah tren personalisasi di media sosial. Di entertainment, misalnya, heboh Gisella Anastasia beberapa waktu lalu justru yang kebanjiran penonton dan iklan. Adalah Boy William yang menampung curhat Gisel di akun medsosnya.

“Masalah politik sekarang sudah dipersonalisasi. Orang Demokrat mungkin kalau ke media bisa bias, dia malah bicara ke personal [di akunnya] Faisal Akbar. Mereka kemas dengan cara personal. Bahkan urusan yang sulit juga begitu. Kita enggak bisa membayangkan perseteruan pasal disajikan secara personal oleh Refli Harun secara personal dan iklannya masuk,” tandas Wens.

Menurutnya, hal itu terjadi karena media diikat oleh sebuah aturan sehingga sulit beradaptasi. Sementara influencer tidak diikat oleh aturan sehingga lebih adaptif. “Bahkan ke depan bisa saja restoran bisa mati, karena personalisasi. COVID bikin ibu-ibu rajin masak, dia share ke teman-temannya lalu dijual,” ujar Wens.

Rakerwil AMSI juga dihadiri Ketua AMSI Jatim Arief Rahman dan seluruh pengurusnya. Sebelumnya ia mengatakan bahwa pihaknya akan memanfaatkan rakerwil kali ini ini sebagai ajang konsolidasi sekaligus kolaborasi media siber anggota AMSI dengan stakeholder ekosistem digital Jawa Timur.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya