Neraca Perdagangan RI Mei 2021 Surplus Lagi Sebesar US$2,36 Miliar

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2021 surplus US$2,36 miliar. Posisi ini jauh lebih baik dari catatan April 2021 yang surplus US$2,29 miliar.

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Begitu juga jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, surplus neraca ekspor impor ini masih jauh lebih baik. Sebab, pada Mei 2020 neraca perdagangan surplus US$2,36 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, kondisi surplus ini dipicu oleh ekspor Mei 2021 yang mencapai US$16,60 miliar. Sedangkan nilai impor pada bulan itu mencapai US$14,23 miliar.

Bea Cukai Lakukan Uji Coba Modul Vehicle Declaration dalam Sistem CEISA 4.0

"Dengan demikian pada Mei ini Neraca Perdagangan Indonesia kembali surplus US$2,36 miliar dan nilai surplus ini lebih tinggi dari April lalu," tutur dia saat konferensi pers, Selasa, 15 Juni 2021.

Suhariyanto menekankan, neraca ini sangat baik karena secara pertumbuhannya ekspor mampu meningkat 58,76 persen secara tahunan demikian juga impor yang naik 68,68 persen.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

"Tentunya kita berharap ke depan neraca perdagangan kita akan terus mengalami surplus dengan tren yang lebih tinggi lagi," ucap pria yang akrab disapa Kecuk tersebut.
 
Dengan catatan ini, Suhariyanto mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun berjalan, yakni Januari-Mei2021 masih surplus sebesar US$10,17 miliar.

"Maka apa yang kita capai pada Januari-Mei 2021 ini sangat bagus sekali karena surplus US$10,17 miliar, jauh lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu misalnya," tuturnya.

Berdasarkan negaranya, perdagangan Indonesia surplus pada Mei 2021 dengan Amerika Serikat sebesar US$1,08 miliar, Filipina US$539,2 juta serta India yang sebesar US$444,2 juta.

Adapun perdagangan Indonesia yang mengalami defisit diantaranya dengan China sebesar US$5112,5 juta, Australia mencapai US$332,6 juta dan Thailand yang minus US$185,5 juta.

"Betul-betul menjanjikan tapi kita tetap harus waspada masih ada risiko besar yang membayang-bayangi perekonomian Indonesia dan negara lain yaitu mengenai pandemi," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya