- Partai Gelora
VIVA – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah, menilai opsi menjual PT Garuda Indonesia bisa dilakukan. Daripada melakukan upaya penyelamatan, sehingga akan terus menjadi beban buat negara.
Namun penjualan maskapai pelat merah itu, menurut politisi yang sangat vokal ini, tidak ke pihak asing. Tetapi ke rakyat Indonesia, atau mungkin ke pegawai.
"Sudah dilepas saja, tapi penjualannya diprioritaskan ke pegawainya saja. Apa namanya tetap Garuda Indonesia atau Garuda Air, dia tetap disebut flag carrier, tapi polanya dipegang rakyat Indonesia, bukan negara lagi," kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Selasa 15 Juni 2021.
Baca juga: Harga Komoditas RI Melonjak, Ekspor Meroket 58,76 Persen
Soal manajemen pengelolaan maskapai Garuda, menurutnya tidak ada soal jika diserahkan ke rakyat. Jika nantinya berkembang, ia yakin Negara juga yang akan bangga, apalagi sampai bisa bersaing dengan kompetitor penerbangan di dunia.
"Tidak harus aktor negara, banyak anak muda yang bisa bikin bangga di luar negeri. Siapa sangka ada anak dari kampung saya di Lombok, namanya Lalu Zohri tiba-tiba mengagetkan dunia punya kecepatan lari yang bisa mengalahkan pelari lain dari seluruh dunia. Membanggakan dia, bisa berprestasi," papar Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 itu.
Politisi asal Sumbawa ini melihat, banyak potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Negara, kata dia, perlu memberi kepercayaan. Sehingga Negara tidak terjun langsung, tetapi dikelola oleh rakyat.
"Ceritanya yang beli pesawat terbang untuk Garuda dulu, kan bukan pakai uang negara juga, tapi sumbangan dari rakyat Aceh. Negara tidak sanggup, sementara kita perlu cepat terbang karena kita negara kepulauan," jelasnya.
Fahri berkaca pada maskapai lain sebelumnya, Merpati Airlines, yang kini sudah bangkrut karena pengelolaannya yang selalu merugi. Ia berharap, Garuda Indonesia bisa diselamatkan dan terus eksis.
Pemerintah menurut Fahri, perlu melihat maskapai lainnya seperti Singapore Airlaines (Singapura), Qatar Airways (Qatar), Ethad dan Emirates (Uni Emirat Arab). Dimana menurut dia, Negara tidak terlibat dalam pengelolaan maskapai penerbangan tersebut.
"Jadi apa salahnya, kalau Garuda sekarang dipegang oleh rakyat Indonesia. Jangan seolah-olah yang bisa membanggakan republik ini hanya negara saja, rakyat juga bisa. Pemerintah cukup menunjukkan mekanisme pasar saja," pungkas Fahri.