Neraca Perdagangan Surplus Berturut-turut, Ternyata Ini Sebabnya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Dokumentasi Kemenko Ekonomi.

VIVA – Neraca Perdagangan Indonesia kembali surplus pada Mei 2021 dengan nilai mencapai US$2,36 miliar. Surplus ini menjadi catatan ke-13 bulan neraca ekspor impor Indonesia surplus berturut-turut.

Mendag Zulhas Tegas Tolak Impor Bawang Merah di Tengah Lonjakan Harga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, kondisi surplus yang beruntun ini lebih disebabkan oleh keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia, seiring dengan meningkatnya permintaan global.

Tergambar dari kinerja ekspor Indonesia pada bulan itu yang mencapai US$16,60 miliar, naik 58,76 persen secara tahunan. Sedangkan impor juga meningkat 68,68 persen secara tahunan atau mencatatkan nilai sebesar US$14,23 miliar.

Bea Cukai Langsa Aceh Sita Onderdil Harley Davidson

"Capaian ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata dia dikutip dari siaran pers, Rabu, 16 Juni 2021.

Baca juga: Alasan Erick Thohir Pangkas Jumlah BUMN dari 143 Jadi 41

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Pada periode tersebut, Airlangga mengatakan, ekspor minyak dan gas bumi (migas) Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 66,99 persen secara tahunan. Penyumbang terbesarnya berasal dari komoditas gas dengan porsi sebesar 53,8 persen.

Sementara itu, Airlangga melanjtukan, komoditas nonmigas menjadi kontributor utama dalam peningkatan performa ekspor bulan ini dengan pertumbuhan sebesar 58,30 persen Secara tahuanan.

"Lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi penyumbang terbesar pada ekspor nonmigas dengan porsi sebesar 15,9 persen," kata ketua umum Partai Golkar ini.

Selain kinerja ekspor yang melesat tersebut, pertumbuhan ekspor Indonesia ini melebihi performa ekspor negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan yang tumbuh 45,6 persen secara tahunan, Taiwan 38,65 persen, Vietnam 36,6 persen, dan China 27,6 persen.

Airlangga menekankan, peningkatan ekspor ini sejalan dengan meningkatnya harga beberapa komoditas andalan Indonesia. Misalnya, harga Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara masing-masing meningkat sebesar 101,74 persen dan 103,9 persen secara tahunan.

Selain itu, pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat dan Cina yang telah tumbuh positif di kuartal-I 2021 dikatakannya turut mendukung peningkatan permintaan atas ekspor Indonesia.

"Lebih lanjut, aktivitas manufaktur AS dan Cina yang semakin ekspansif di bulan Mei 2021 ikut mendongkrak kinerja ekspor Indonesia di bulan yang sama," tegas dia.

Di samping permintaan global yang telah pulih, pertumbuhan permintaan domestik yang kembali kuat juga menurutnya mendorong produksi ke level yang lebih tinggi.

Tergambar dari, Purchasing Managers’ Index (PMI) mampu mencapai level 55,3 pada Mei atau mencatatkan rekor tertinggi selama 10 tahun sejarah survei. Selain itu, penyerapan jumlah tenaga kerja juga sudah mulai tumbuh positif untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat.

"Pulihnya permintaan global dan domestik yang diiringi dengan peningkatan aktivitas manufaktur mendorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal,” tutur Airlangga.

Impor bahan baku/penolong meningkat sebesar 79,11 persen secara tahunan sedangkan impor barang modal juga tumbuh positif sebesar 35,28 persen secara tahunan dengan porsi sebesar 13,2 persen terhadap total impor.

"Berbagai perkembangan positif ini akan mendukung Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan global dan domestik sehingga ketahanan sektor eksternal dapat tetap terjaga dengan baik di tahun 2021,' paparnya. (dum)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya