Ada Sinyal Kebijakan The Fed Bakal Picu Taper Tantrum, BI Bersiap

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Sumber :
  • BI

VIVA – Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) telah memberikan sinyal untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter atau yang dikenal sebagai tapering. Sinyal ini diberikan dari hasil rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) pada malam tadi.

5 Negara Bagian dengan Cadangan Minyak Terbesar di AS

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, tapering tersebut diperkirakan mulai dilakukan The Fed pada kuartal I-2022. Ini akan menyebabkan pengetatan likuiditas karena adanya kebijakan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate dan pengurangan pembelian surat berharga.

"Kemungkinan (tapering) baru akan mulai dilakukan kuartal I-2022, Fed Fund Rate baru kemungkinan akan terjadi pada 2023. Itulah yang dapat kami pahami dari arah kebijakan The Fed," kata dia Kamis, 17 Juni 2021.

Akhiri Perang Dingin, Menhan AS dan China Lakukan Video Call Setelah Setahun

Baca juga: Astra Angkat Bambang Brodjonegoro Jadi Komisaris, Gajinya Wow

Akibat dari kebijakan tapering ini dipastikannya akan memicu fenomena taper tantrum seperti yang terjadi pada 2013. Aliran modal asing akan keluar dari negara-negara berkembang karena meningkatnya imbal hasil atau yield dari surat berharga US Treasury tenor 10 tahun.

Terlalu Pro-China, AS Diduga Akan Intervensi Pemilu di Kepulauan Solomon

Untuk itu, Perry menekankan, BI telah melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap kebijakan tapering The Fed. Langkah antisipasi tersebut menurutnya telah disinergikan bersama dengan para anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

"Terus mengoptimalkan langkah-langkah stabilisasi yang terus kami lakukan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah dan berkoordinasi dengan pemerintah agar pengaruhnya ke yield SBN tetap dalam batas-batas yang normal," papar dia.

Langkah koordinasi ini dikatakan terbukti ampuh mengantisipasi gejolak pasar keuangan global. Misalnya, ketika terjadi lonjakan yield US Treasury tenor 10 tahun hingga sempat ke posisi 1,9 persen pada awal-awal COVID-19 dan menyebabkan capital outflow US$12 miliar dari Indonesia dalam dua pekan.

"Ingat kita telah melalui episode-episode global spillover yang tentu saja dari waktu ke waktu sejak krisis global 97-98, taper tantrum 2013 yang skalanya lebih besar dan terakhir pada saat puncak pandemi," ucap Perry.

Sebagai informasi, hasil FOMC yang diumumkan semalam, terungkap bahwa The Fed memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga Fed Fund Rate hingga 0,75 persen pada akhir 2023. Sementara itu, untuk 2021 tetap dipertahankan di level 0,0-0,25 persen. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya