IMF Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi RI Jadi 3,9%, Kemenkeu Buka Suara

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu.
Sumber :
  • Tangkapan layar Zoom Meeting

VIVA – Kementerian Keuangan merespons pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2021.

Lebih Rendah dari Vietnam dan Filipina, Ekonomi Indonesia Diramal IMF Tumbuh Cuma 5 Persen

Melalui outlook tersebut, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan di level 3,9 persen. Jauh dari proyeksi sebelumnya pada April 2021 yang diperkirakan tumbuh 4,3 persen. Sedangkan, proyeksi sebelumnya pada bulan Januari lalu 4,8 persen dan pada Oktober tahun lalu bahkan ekonomi RI 2021 diproyeksi 6,1 persen. 

Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global mencapai 6,0 persen pada 2021, tidak berubah dibandingkan WEO April 2021. Sejalan dengan hal tersebut, volume perdagangan global diprediksi tumbuh 9,7 persen di 2021.

OJK dan LPS Cermati Efek Resesi Inggris-Jepang ke RI

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, meski proyeksi ekonomi RI di pangkas oleh IMF, namun masih dalam rentang proyeksi yang telah diumumkan pemerintah.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari IMF untuk tahun 2021 yakni 3,9 persen masih dalam rentang proyeksi Pemerintah pada 3,7-4,5 persen," kata dia melalui keterangan tertulis, Rabu, 28 Juli 2021.

Daftar Negara yang Diprediksi Punya Ekonomi Kuat di 2030, Peringkat Indonesia Kalahkan Inggris!

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 28 Juli 2021: Global Turun, Antam Stagnan

Di sisi lain, dia menekankan, dalam proyeksi tersebut juga disebutkan pemulihan ekonomi global terjadi secara tidak merata, disebabkan oleh perbedaan situasi pandemi COVID-19, kecepatan vaksinasi, dan dukungan stimulus ekonomi. 

Kehadiran varian Delta yang sangat menular menurutnya juga terus membayangi upaya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi di banyak negara. WHO melaporkan varian ini telah menyebar di 124 negara.

"Dan bahkan menjadi varian yang mendominasi di berbagai negara, seperti Indonesia, Inggris, Rusia, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan. Oleh karena itu, banyak negara kembali melakukan pengetatan aktivitas," ucap Febrio.

Selain dari kehadiran varian Delta, Febrio menilai, perekonomian global juga perlu terus waspada terhadap kemungkinan percepatan normalisasi kebijakan moneter AS sebagai implikasi dari pemulihan ekonomi yang cepat.

"Yang juga dapat mendorong pembalikan arus modal menuju negara tersebut. Indonesia akan terus mengambil manfaat dari prospek ekonomi global yang masih kondusif, sembari terus mewaspadai risiko risiko yang ada," paparnya.

Untuk itu, dia menekankan, strategi Indonesia ke depan akan terus fokus pada upaya pengendalian pandemi, melindungi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta terus meningkatkan daya saing. 

"Dengan adanya ancaman dari varian Delta, Indonesia terus memperkuat kebijakan di sisi kesehatan dan perlindungan sosial. Pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level IV hingga 2 Agustus 2021," tegas Febrio.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya