Penawaran Investasi Bodong Kian Marak, Sri Mulyani: Hati-hati

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • instagram @smindrawati

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, banyaknya pihak yang mengincar dana masyarakat. Pernyataan itu dalam konteks banyaknya penawaran instrumen investasi bodong.

Iran-Israel Memanas, Sri Mulyani Kumpulkan Pejabat Kemenkeu Bahas Antisipasi Situasi Ekonomi

Menurut Sri, di tengah melonjaknya dana masyarakat di perbankan pada masa Pandemi COVID-19 maka instrumen-instrumen yang menawarkan imbal hasil tinggi semakin diminati masyarakat.

"Masyarakat diberikan janji-janji, iming-iming, entah dalam bentuk rate of return entah dalam bentuk yang lain dan ternyata kemudian uangnya hilang dan itu merupakan suatu kejahatan," kata dia dalam webinar, Selasa, 3 Agustus 2021.

Sri Mulyani Buka-bukaan Momen Dibujuk Susi Pudjiastusi Pulang ke RI

Baca juga: Anak Akidi Tio Masih Janjikan Rp2 Triliun Cair dan Bayar Utang

Meski Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menertibkan lembaga investasi bodong tersebut, Sri menilai, jumlah mereka dari hari ke hari bukannya semakin berkurang, tapi malah terus bermunculan.

Kemensos Cuma Terima Anggaran Perlinsos Rp 75,6 Triliun, Ini Penjelasan Sri Mulyani

"Tentu OJK akan melakukan langkah-langkah terus untuk menertibkan. Namun, jumlah orang yang ingin mengincar dana anda itu sangat banyak dan mereka terus muncul mereka kreatif dan mereka ada di sekitar anda, jadi harus hati-hati," tegasnya.

Untuk itu, Sri menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Dia menganggap, dengan semakin tingginya tingkat literasi keuangan maka akan semakin sulit ditipu.

"Mereka tidak mudah diiming-imingi oleh instrumen-instrumen yang kelihatannya sangat menarik, meyakinkan, namun sesungguhnya berbahaya dan kemudian bahkan kehilangan seluruh uang mereka," tutur dia.

Pemerintah, dikatakan Sri, telah menargetkan, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada 2024 akan sebesar 90 persen dari yang data terakhir pada 2019 hanya sebesar 76,19 persen.

"Kalau masyarakat Indonesia semakin literate dari sisi keuangan maka mereka akan semakin memiliki pemahaman yang bisa menentukan dan juga menjaga kesejahteraan aset yang memiliki," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya