Ekonomi RI Tumbuh 7 Persen, Faisal Basri: Belum Layak Dapat Medali

Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri saat hadir dalam Konferensi Regional Akuntansi di Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 3 Mei 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 7,07 persen pada kuartal II-2021 ternyata tidak menandakan bahwa pemulihan cepat terjadi. Dibandingkan negara-negara lain ternyata pemulihan itu paling lambat.

Kemenangan Prabowo-Gibran Diharap Jadi Peluang Kembangkan Ekonomi Berbasis Laut

Demikian disampaikan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri saat diskusi virtual yang selenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jumat, 6 Agustus 2021.

Berdasarkan perhitungannya, dibanding Singapura yang kecepatan pemulihan ekonominya sekitar 27 persen, sementara Indonesia hanya sekitar 14 persen. Kecepatan recovery ini dia bandingkan antara pertumbuhan kuartal II-2021 dengan kuartal II-2020.

Apindo Sebut Keputusan MK Beri Kepastian Investasi dan Ekonomi

"Kalau saya kurangi pertumbuhan 2021 kuartal II dengan kuartal II 2020 Indonesia itu tergolong paling lambat. Nomor satu paling tinggi Singapura, kedua Uni Eropa, ketiga Filipina keempat AS, kelima China," papar dia.

Dia pun mengkritisi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang membandingkan percepatan pemulihan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 dengan pertumbuhan Vietnam yang hanya 6,6 persen.

Sambut Putusan MK, Ketum Hipmi: Proses Pilpres Berakhir, Kini Saatnya Bangun Ekonomi Bangsa

Menurut Faisal, perbandingan ini tidak layak karena Vietnam tidak pernah mengalami kontraksi ekonomi meski adanya pandemi COVID-19. Sedangkan, Indonesia ekonominya sudah minus sejak Kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.

"Indonesia hanya lebih tinggi dari Vietnam, tapi Vietnam tidak bisa dibandingkan karena Vietnam tidak pernah mengalami resesi di era pandemi ini. Jadi kalau mau dapat medali, yang kita bandingkan kecepatan lari negara-negara lain," tegasnya.

Selain itu, Faisal mencontohkan, seperti dalam olimpiade, pertumbuhan ekonomi Indonesia ini jika dibandingkan negara-negara lain masih jauh tertinggal tingkat pemulihannya. Termasuk hingga awal kuartal III-2021 ini, sehingga belum layak mendapat medali apapun.

"Ya tidak layak karena ada sejumlah indikator lagi, kuartal II ini April, Mei, Juni kan. Data Juli Agustus bahwa recover Indonesia tergolong yang sangat atau paling lambat," tegasnya.

Mengutip data perbaikan sejumlah media Internasional, Faisal mengatakan, Indonesia selalu dalam urutan terbelakang dalam proses pemulihan ekonomi ini. Termasuk dibanding negara-negara lain yang sama-sama juga terdampak varian delta.

"(Dari media internasional) Nikkei, ada 120 negara lebih yang dihitung, Indonesia nomor 110 dari 120 peringkat. Bloomberg 53 negara, Indonesia nomor 53, majalah The Economist Indonesia nomor 3 dari bawah," papar Faisal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya