BI: Negara Non Muslim Mulai Ramaikan Ekonomi Keuangan Syariah

Ekonomi Syariah memiliki potensi yang besar
Sumber :
  • vstory

VIVA – Bank Indonesia (BI) menyatakan masih akan terus mendorong tumbuh kembangnya ekonomi dan keuangan syariah, supaya bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sebab, negara-negara lain juga melakukannya.

Raup Laba Bersih Rp 2,6 Triliun pada 2023, Bank Permata Bagikan Dividen Rp 904,5 Miliar

Deputi Gubernur BI, Rosmaya Hadi mengatakan, negara-negara lain, terutama yang masyarakatnya mayoritas non muslim bukan hanya mau mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah, malah ingin menjadi pemain utama.

"Negara-negara di dunia ini terus berlomba menjadi pemain utama di ekonomi syariah dalam nilai rantai industri halal global, termasuk negara mayoritas berpenduduk non muslim," kata dia secara virtual, Selasa, 10 Agustus 2021.

Memahami 5 Tujuan dalam Prinsip Keuangan Syariah

Baca Juga: Begini Nasib 2.689 Pekerja Eks Chevron Usai Alih Kelola Blok Rokan

Dia mencontohkan, negara-negara tersebut diantaranya Thailand yang sudah menyatakan visinya menjadi pemasok utama makanan halal dunia. Kemudian, ada China yang juga telah mengungkapkan visinya menjadi eksportir busana muslim terbesar dunia.

Startup Lokal Bidik Pasar Inggris dengan Prinsip Syariah

"Kemudian Australia dan Brazil yang menjadi pemasok daging halal terbesar dunia, Korea Selatan telah deklarasikan diri sebagai pusat wilayah wisata halal dunia, Inggris yang memang dikenal sebagai pusat keuangan syariah dunia," ujar Rosmaya.

Rosmaya menekankan, Indonesia juga harus memiliki visi dan misi seperti itu di tengah potensi masyarakatnya yang mayoritas Muslim. Maka, ekosistem halal value chain dan pengembangan industri halal secara menyeluruh dikatakannya harus diperkuat.

"Oleh sebab itu kamu selalu ingin sekali dapat memotivasi, menggerakan dan menjadi wadah bagi pelaku ekonomi syariah untuk berkontribusi menjadi sumber pertumbuhan baru dan mendukung pemulihan ekonomi nasional pasca Pandemi COVID-19," tutur dia.

Terlebih lagi, Rosmaya juga mengungkapkan, secara global ekonomi dan keuangan syariah pada 2020 telah terkontraksi hingga minus 8,1 persen akibat dampak pandemi COVID-19. Tak terkecuali di Indonesia yang kinerja ekonomi syariahnya terkontraksi 1,72 persen.

"Oleh karena itu, Indonesia harus menjawab tantangan global tersebut dengan memperkuat ekosistem halal value chain dan menciptakan high quality local product, maka pengembangan industri halal tidak hanya dapat bertumpu pada produk dan pelaku usaha," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya