Dibanding Flu Spanyol, Gubernur BI Sebut Dampak COVID-19 Lebih Dahsyat

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan, Pandemi COVID-19 merupakan persoalan baru yang terus menekan perekonomian, sehingga memicu krisis

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Kondisi krisis yang tercipta pun ditegaskannya merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi atau serupa dalam sejarah dunia. Kompleksitas permasalahannya pun lebih besar.

"Saya tidak pernah melihat tantangan seperti ini yang kita hadapi sebelumnya. kita tidak pernah melihat kompleksitas tantangan seperti ini, extraordinary problem," kata Gubernur BI dalam konferensi internasional, Kamis, 2 September 2021.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

Baca juga: IHSG Berpotensi Tertekan, Cermati Saham Pilihan Hari Ini

Dia pun membandingkan, krisis ekonomi yang tercipta akibat COVID-19 tidak akan pernah serupa dengan krisis asia dan global yang terjadi sebelumnya. Sebab, pemicunya dari masalah keuangan.

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Kondisi Debitur Terdampak COVID-19 Kembali Normal

Sementara itu, jika dibandingkan dengan pandemi yang telah berlangsung pada tahun-tahun sebelumnya, yakni SARS atau Flu Spanyol dampak yang diakibatkan juga tak sebanding COVID-19.

"Kita bisa bandingkan dengan SARS Flu atau Spansih Flu tapi skalanya dan kompleksitasnya saat ini lebih besar," tegas Perry.

Hingga saat ini, Perry menekankan, pandemi COVID-19 telah memicu kesenjangan pemulihan diantara negara-negara maju dan negara berkembang.

BI memperkirakan, ekonomi Amerika Serikat akan mampu tumbuh 6,8 persen dan tahun depan 3,5 persen serta China 8,4 persen dan 5,5 persen. Namun, cepatnya pemulihan ini tidak merata di negara lain

"Karena kemampuannya untuk melakukan vaksinasi, stimulus fiskal dan moneternya tidak sebesar dibandingkan advance countries. Jadi kita harus recover menjadi lebih kuat dan resiliance melalui kebijakan fiskal, moneter dan reformasi kita," ucapnya.

Untuk itu, Perry menekankan, tidak ada cara lain dalam memulihkan perekonomian Indonesia selain dengan mengandalkan kerja sama di seluruh komponen masyarakat. Terutama untuk mendorong optimisme.

"Kita harus gunakan knowledge dan experience kita, tapi lebih dari itu kita tidak bisa berdiri sendiri, sinergi, sinergi, sinergi, koordinasi, koordinasi, koordinasi. Jalan bersama untuk menjadi lebih kuat dan memperluas optimisme," tutur Perry.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya