86,3 Persen Transaksi Harian BCA Terjadi di Luar Kantor Cabang

BCA Mobile.
Sumber :
  • VIVA/Istimewa

VIVA – Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja memastikan, mayoritas transaksi perbankan yang dilakukan oleh para nasabah BCA saat ini, umumnya sudah dilakukan di luar kantor cabang.

Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen

Dia menjelaskan, dari rata-rata 40 juta transaksi harian yang dilayani oleh BCA, sebanyak 13 persen di antaranya dilakukan di ATM sementara 86,3 persennya sudah dilakukan di luar cabang.

Sementara sisa 0,7 persennya adalah nasabah yang masih melakukan transaksi perbankan di kantor cabang, untuk layanan yang tidak bisa didapatkan di luar kantor cabang seperti penarikan deposito besar, kliring giro, dan lain sebagainya.

BI Pastikan Masyarakat di Lebaran 2024 Dapat Uang Baru

Baca juga: OJK Bebaskan Perbankan Bertransformasi Digital, Asal..

"Dengan rata-rata 40 juta transaksi setiap harinya, sebanyak 86,3 persennya dilakukan di luar (kantor) cabang dan sekitar 13 persen melalui ATM," kata Jahja dalam telekonferensi, Selasa 7 September 2021.

Kemenkeu, Kemenhub, Kemenkes, dan Bank Mandiri Berkolaborasi Pangkas Transaksi di Pelabuhan

Meski demikian, Jahja meyakini bahwa saat ini upaya digitalisasi masih belum bisa untuk menggantikan transaksi fisik secara menyeluruh. Sebab, sebagaimana yang juga masih terjadi pada praktek transaksi di lapangan, kebutuhan akan uang tunai pun masih cukup tinggi sehingga cashless society masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.

"Karena (aspek) digitalisasi itu memang belum bisa menggantikan kebutuhan akan uang tunai secara langsung. Sampai saat ini (digitalisasi) hanya baru bisa mengurangi (penggunaan uang tunai) saja," ujarnya.

Dia menjelaskan, penambahan kebutuhan dan transaksi bisnis harus diselaraskan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal itu menurutnya akan membuat kebutuhan akan uang tunai naik, karena masih banyaknya pedagang kecil atau UKM yang belum siap dengan sistem digital.

Jadi, meskipun BI sudah mulai membangun dan membenahi berbagai aspek dan infrastruktur cashless society, seperti misalnya dengan QRIS, namun penerapan di lapangan pasti membutuhkan waktu yang cukup lama hingga bisa diterapkan menyeluruh oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.

Karenanya, Jahja pun meyakini masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang harus dihadapi dalam upaya digitalisasi perbankan di Tanah Air. Hal itu selain tantangan teknis lainnya, seperti upaya atau program penarikan uang tunai dari masyarakat.

"Beserta anggaran dan kesiapan infrastruktur lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya