Transaksi RI dengan China, Thailand hingga Jepang Tanpa Dolar AS Naik

Ilustrasi transaksi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Bank Indonesia (BI) mencatat, transaksi perdagangan dan investasi Indonesia dengan fasilitas Local Currency Settlement (LCS) atau transaksi bilateral dengan mata uang lokal semakin berkembang.

Lebih Meriah, PEVS 2024 Bakal Tampilkan 82 Merek Otomotif

Sebelum dengan China, Indonesia telah membuka layanan transaksi tanpa menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) tersebut lebih dahulu dengan tiga negara, yakni Thailand, Malaysia dan Jepang.

Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Rahmatullah Sjamsudin menyebutkan, pada 2018, saat Indonesia membuka LCS dengan Thailand dan Malaysia saja, rata-rata per bulannya US$31,7 juta.

Airlangga Tegaskan Tak Hanya Rupiah yang Melemah, Won hingga Bath Juga Ambruk

Penggunaan penyebutan dolar dalam data itu ditegaskannya hanya mempermudah pencatatan. Sehingga dalam bentuk aslinya adalah transaksi kedua negara menggunakan rupiah, yaitu ringgit dan baht.

"Jadi ada yang menggunakan rupiah, ringgit dan Thai baht, tapi diekuivalenkan dalam dolar supaya gampang," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 8 September 2021.

Sri Mulyani Buka Suara soal Rupiah Tembus Rp 16.200 per Dolar AS

Baca juga: Pengusaha Minta Izin Jokowi agar Anak-anak Boleh Masuk Mal

Dari rata-rata per bulan pada 2018 itu, Rahmatullah mengatakan, hingga akhir 2018 transaksi negara-negara tersebut tanpa menggunakan dolar AS mencapai US$350 juta.

"Di 2019 kita masih punya dua dengan Thailand dan Malaysia itu US$63,3 juta rata-rata per bulan akan tetapi totalnya US$760 juta. Di 2020 semakin meningkat lagi," tegasnya.

Rahmatullah melanjutkan, untuk data transaksi pada 2020, penggunaan dengan masuknya Jepang dalam transaksi LCS, rata-rata per bulannya menjadi US$72,2 juta dengan total pada tahun itu US$800 juta.

Adapun hingga Juli 2021, dia menyebutkan, transaksi Indonesia menggunakan rupiah, ringgit, baht dan yen sudah mencapai US$1,2 miliar dengan rata-rata per bulannya menjadi US$177 juta.

"Utu tadi sementara untuk yen sudah terus meningkat. Pada Juli saja transaksi LCS dengan yen sudah mencapai US$190 juta jadi mudah-mudahan akan terus meningkat," papar dia.

Dengan ditambahnya fasilitas LCS dengan China, Rahmatullah meyakini, nilai transaksi perdagangan dan investasi Indonesia dengan negara mitra tanpa dolar AS akan semakin besar.

"Dari 2013-2020 itu dengan Tiongkok kita ekspor nilainya US$22,6 miliar, impornya kita US$34,98 miliar. Ini kita harap dengan adanya ini akan banyak menggunakan LCS," tutur Rahmatullah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya