Fenomena UMKM Bubble: Karyawan Jadi Pengusaha Dadakan

Pelatihan dan pengembangan UMKM berbasis digital (ilustrasi)
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pandemi yang berkepanjangan memaksa banyak perusahaan untuk melakukan berbagai adaptasi untuk bertahan hidup. Sebagian yang mengalami gangguan arus penerimaan terpaksa melakukan pengurangan karyawan.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

Demikian diungkapkan Wakil Ketua Pengurus Bakrie Amanah sekaligus Wakil Ketua umum Kadin Indonesia Bidang UMKM, Teguh Anantawikrama. Demi mempertahankan hidup, lanjut Teguh, karyawan yang menjadi tidak lagi memiliki pekerjaan pun berupaya mencari cara lain untuk tetap memiliki penghasilan.

"Mereka inilah yang kemudian bertransformasi menjadi pengusaha mikro dan kecil dadakan. Sebuah semangat yang patut diacungi jempol tetapi sekaligus membawa kekhawatiran," ujar Teguh dalam keterangan tertulis yang diperoleh redaksi VIVA, Jumat 17 September 2021.

Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M

Menurut Teguh, pengusaha mikro dan kecil dadakan ini tidak tercipta by design atau dari keinginan mereka sendiri menjadi pengusaha. Sehingga dibutuhkan banyak adaptasi.

"Banyak Adaptasi baik dari segi mental maupun perilaku harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Dari berbagai daerah angka pengusaha. Mikro Kecil seperti ini menambah jumlah pelaku UMKM Sebesar 28 persen. Cukup signifikan," katanya. 

Momen Haru Siraman dan Pengajian Putri Isnari: Persiapan Menuju Pelaminan

Untuk itulah, menurut Teguh, fenomena UMKM Bubble ini perlu disadari secara saksama oleh seluruh pemangku kepentingan. Termasuk bersiap membantu melakukan pendampingan, membantu akses pada modal dan akses pasar. "Agar mereka para pengusaha mikro kecil ini tidak menjadi gelembung yang kemudian meletus, akan tetapi justru dapat tumbuh naik kelas dan menjadi pengusaha penyangga Ketahanan nasional," ujarnya. (dum)

Baca juga: Diskon PPnBM Mobil Diperpanjang Sampai Akhir 2021

Ilustrasi belanja online.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Riset ini menyebut produk fashion dan kecantikan, (masing-masing sebanyak 46%) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti makanan (34%) secara offline.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024