Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Saran Eks Menteri Energi

Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar

VIVA – Ketua Dewan Penasehat Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), Prof. Dr. Kuntoro Mangkusubroto menekankan, pentingnya pemerintah untuk turut melibatkan seluruh elemen dalam upaya mengurangi dampak dari emisi gas rumah kaca (GRK).

PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor

Hal itu diutarakannya dalam sambutan pada pembukaan acara 'Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2021', yang mengambil tajuk 'Why Indonesia Needs To Target Decarbonization by 2050?", yang digelar secara daring hari ini. Forum ini membahas jalur secara terperinci mendorong Indonesia bebas emisi pada 2050.

Mantan Menteri Pertambangan dan Energi itu menegaskan, perlu pengembangan atau terobosan inovasi terkini, khususnya dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT) guna mengurangi penggunaan energi fosil.

Penggunaan SPKLU di Jakarta Naik Tiga Kali Lipat Selama Periode Lebaran

"Ini sangat tepat waktu, karena masalah kita saat ini adalah bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia," kata Kuntoro dalam telekonferensi, Senin 20 September 2021.

Baca juga: Jokowi ke Pengusaha Mebel: Jaga Keberlangsungan Hutan

Ramai Mobil Listrik, Transaksi di SPKLU PLN Naik 2 Kali Lipat saat Mudik

Di satu sisi, Kuntoro mengatakan bahwa upaya mengurangi dampak dari GRK itu harus diserukan pemerintah kepada seluruh pihak terkait, dan dilaksanakan dengan tujuan ambisius.

"Meskipun memang dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk mencapai itu kesepakatan Paris (Paris Agreement)," ujarnya.

Namun di satu sisi, Kuntoro juga menjelaskan bahwa tak hanya sektor energi saja yang harus berupaya mengurangi emisi, melainkan juga di berbagai sektor lain yang turut menyumbang hal yang sama di udara.

Kuntoro melanjutkan, sektor energi memang merupakan kontributor tertinggi pada emisi GRK. "Itu bisa dipahami karena sektor energi itu berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang perlu dikembangkan," kata Kuntoro.

Karenanya, Kuntoro juga menegaskan bahwa Indonesia juga masih perlu meneruskan inovasi dan pengembangan EBT, termasuk dalam hal pengembangan kendaraan listrik.

"Ada satu implementasi kebijakan sebagai prioritas utama kita, dan itu 23 persen penggunaan EBT di tahun 2025. Ini adalah salah satu cara kita agar bisa menurunkan emisi GRK," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya