Sentimen Global Negatif, Intip Pemicu Rupiah Menguat Hari Ini

Rupiah Menguat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat signifikan pada perdagangan Selasa, 21 September 2021. Rupiah bergerak di kisaran atas Rp14.220 per dolar AS pagi ini.

Harga Emas Hari Ini 22 April 2024: Produk Global dan Antam Kompak Merosot

Di pasar spot, hingga pukul 09.45 WIB rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.224 per dolar AS. Angka itu menguat 0,29 persen dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di level Rp14.266 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia terakhir berada di level Rp14.251 per dolar AS, menguat dari nilai tengah sebelumnya di level Rp14.233 per dolar AS.

Rupiah Menguat Pagi Ini Hasil Rilis Neraca Dagang RI Bisa Tahan Pelemahan

Baca juga: Kontak Tembak dengan OPM Terjadi Lagi di Kwirok, Satu TNI Diduga Gugur

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pada dasarnya banyak sentimen negatif yang bisa menekan laju pergerakan rupiah sepanjang hari ini.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Faktor utama yang menjadi perhatian para pelaku pasar keuangan adalah potensi gagal bayar atau default Evergrande Group asal China yang telah memengaruhi sentimen investor di sektor properti pada perdagangan kemarin.

"China Evergrande menambah ketegangan ekstra pada suasana hati-hati, dengan investor bersiap untuk Federal Reserve untuk mengambil langkah lain menuju pengurangan minggu ini," paparnya dikutip dari analisisnya hari ini.

Di sisi lain, dia mengungkapkan, The Fed telah memberikan kesimpulan pada pertemuan dua hari dengan konsensus adalah bank sentral AS ini akan tetap dengan rencana pengurangan pembelian obligasi tahun ini.

"Menunjukkan risiko kejutan hawkish atau pergeseran proyeksi untuk menunjukkan kenaikan segera pada 2022, yang keduanya dapat mendukung dolar," tegas Ibrahim.

Meski demikian, Ibrahim mengatakan, sentimen positif pelaku pasar keuangan ditopang oleh perbaikan yang terus menerus dari penanganan Pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Besar kemungkinan banyak terjadi penurunan level PPKM di sejumlah wilayah Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari penurunan sejumlah kasus yang dinilai signifikan," ungkap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya