Intip Tantangan Ekonomi dan Peluang Digital di Tengah Pandemi COVID-19

Ilustrasi peluang dan strategi bisnis di era ekonomi digital.
Sumber :
  • www.pixabay.com/fancycrave1

VIVA – Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dunia. Para pemangku kebijakan di berbagai negara lebih memilih untuk sesegera mungkin mengambil keputusan untuk memperbaiki ekonomi hidup berdampingan dengan COVID-19.

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha

Merespons hal tersebut, Senior Economist Indef Aviliani menjabarkan, ada 7 tantangan yang muncul akibat Pandemi COVID-19. Tantangan itu diiringi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan untuk berinovasi demi memperbaiki ekonomi.

Hal itu disampaikannya dalam Dalam gelaran Lintasarta Cloudeka Conference: ICT & Business Outlook 2022. Tantangan pertama, menurutnya adalah adanya ekonomi global yang semakin penuh ketidakpastian dengan fase krisis yang semakin pendek. 

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

"Namun, hal ini menimbulkan peluang bagi pelaku ekonomi untuk bisa bertahan dan berkembang bila selalu menjalankan strategi yang inovatif dan kreatif, karena tidak akan ada sesuatu yang stabil," ujar Aviliani dikutip dari keterangannya, Kamis, 23 September 2021.

Kedua lanjutnya, sejumlah sektor industri yang akan tumbuh dan mengarah pada digitalisasi. Hal ini memunculkan peluang bagi beberapa sektor industri yang perlu menjaga keberlangsungan bisnis. 

Cuan Banget, Inilah Kenapa Live Selling Disarankan Buat Para Penjual Online

Salah satunya dengan meningkatkan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT). Jika tidak, sektor industri akan dilibas oleh perusahaan lain yang lebih inovatif.

Ketiga, pandemi COVID-19 memunculkan tantangan permintaan yang rendah dan membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih. Hal ini memberi peluang potensi pasar yang masih besar. 

"Maka itu, pelaku ekonomi harus memanfaatkan peluang pasar domestik, terutama bagi kelas menengah," tambahnya.

Kemudian tantangan keempat, pertumbuhan ekonomi dinilai masih akan rendah. Namun, masih ada sektor-sektor yang mempunyai prospek cukup baik sehingga ini bisa menjadi sasaran perusahaan ICT. 

Seperti sektor keuangan yang saat ini sedang berbenah diri untuk memperbesar produk digital, dan perusahaan lain yang berlomba-lomba memanfaatkan peran teknologi. 

"Tantangan kelima, pandemi yang cukup lama telah mengubah perilaku masyarakat dalam bertransaksi, berinvestasi dan dalam perilaku hidup. Hal ini memberi peluang perilaku masyarakat beralih ke arah digital akan semakin besar, sehingga perusahaan akan mengikuti kebutuhan pasar," ungkapnya.

Baca juga: Nadiem Cerita Pengalaman Tak Terlupakan Nginap Bersama Suku Anak Dalam

Lebih lanjut menurutnya yang keenam, pertumbuhan ekonomi masih akan rendah pada 2021, sedangkan 2022 diprediksi lebih rendah dari 2021. Hal ini membawa peluang masih ada sektor-sektor yang mempunyai prospek baik. 

Lalu, tantangan terakhir, digitalisasi ekonomi akan terjadi di berbagai sektor, dan membutuhkan perubahan dalam berbagai hal. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun aplikasi yang sesuai, serta kecanggihan infrastruktur teknologi.

"Maka itu, diperlukan infrastruktur yang memadai dan SDM yang mampu adaptif. Untuk mendukung digitalisasi yang semakin besar peluang pekerjaan baru dan investasi di sektor teknologi," ungkapnya

Aviliani menyebutkan, sejumlah sektor yang mengalami pemulihan dalam waktu yang cepat antara lain, sektor informasi dan telekomunikasi, industri makanan dan minuman, jasa kesehatan, pendidikan, agrikultur dan peternakan, serta air bersih.

Sementara itu, sektor yang pemulihannya sedang yakni, sektor perdagangan besar dan retail, industri pengolahan, sektor keuangan, konstruksi, minyak dan gas, transportasi dan pergudangan, serta pertambangan. Sedangkan, sektor yang pemulihannya lambat di antaranya, sektor hotel dan restoran, transportasi udara, dan real estate. 

Sementara itu, President Director Lintasarta Arya Damar mengungkapkan hal senada. Menurutnya pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan sektor ekonomi dan sektor kesehatan. Hampir seluruh negara mengalami pelemahan ekonomi. 

Kendati demikian, Arya menilai pada 2022 terdapat secercah harapan, seiring dilakukannya vaksinasi secara masif, diikuti perbaikan kebijakan ekonomi di sejumlah negara. 

"Pandemi tidak hanya sekadar memporak-porandakan seluruh lini, tetapi juga menjadi pembelajaran di mana hal ini dapat mendorong penggunaan teknologi lebih cepat lagi," ungkap Arya.

Pada dasarnya, teknologi merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi. Pandemi COVID-19 juga membuat para pekerja menjadi terbiasa bekerja secara mobile di luar kantor. Sebagian orang tetap akan bekerja secara hibrid, bekerja di rumah dan di kantor. 

"Digitalisasi tidak hanya dinikmati oleh masyarakat, tetapi juga oleh perusahaan. Korporasi yang menerapkan digitalisasi mengalami peningkatan penjualan 21 persen lebih tinggi daripada perusahaan konvensional. Bahkan, keuntungan perusahaan melonjak 16% lebih tinggi dari perusahaan yang tidak menerapkan digitalisasi," ungkap Arya.

Karena itu lanjutnya, perusahaan perlu mempersiapkan teknologi tepat guna untuk mendukung keberhasilan bisnisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyerahkan strategi teknologi kepada pihak lain. Baik dalam hal pengadaan infrastruktur berteknologi, server, aplikasi, maupun sistem keamanan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya